GULIR KEBAWAH UNTUK MELIHAT BERITA

Cegah Stunting dari Hulu, Pemkab Kutim Fokus pada Keluarga yang Berisiko dan Tekankan Kolaborasi Lintas Sektor

DIKSI.CO, KUTIM – Pencegahan kasus stunting jadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim).

Melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Pemkab Kutim terus memperkuat upaya pencegahan stunting dengan pendekatan yang berbeda.

Alih-alih hanya menanggulangi kasus stunting yang sudah terjadi pada anak, Pemkab Kutim kini menekankan pentingnya pencegahan sejak hulu, yakni melalui perbaikan kondisi keluarga berisiko.

Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi, menjelaskan bahwa masyarakat perlu memahami arah kebijakan ini agar tidak terjadi salah tafsir.

“Ketika kita berbicara soal penanganan stunting, bukan hanya tentang anak yang sudah mengalami stunting. Namun pencegahan sejak sebelum anak lahir,” tegas Junaidi.

Langkah pencegahan ini menitikberatkan perhatian pada keluarga berisiko, bukan hanya pada anak yang sudah mengalami stunting.

Menurut Junaidi, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu keluarga dikategorikan berisiko, antara lain:

  • Sanitasi dan air bersih yang tidak layak, termasuk keluarga yang tidak memiliki jamban sehat.
  • Kelompok PUS 4T: terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak anak.
  • Tidak mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
  • Kondisi ekonomi rendah, khususnya keluarga yang termasuk dalam desil 1–4.

Kategori ini biasanya menjadi penerima bantuan pemerintah sesuai ketentuan nasional.

“Fokus kami adalah memperkuat kondisi keluarga agar tidak masuk kategori berisiko stunting,” jelas Junaidi.

Kolaborasi Lintas Sektor

Disampaikannya, penanganan stunting bukan tanggung jawab satu pihak saja.

DPPKB Kutim menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

Tujuannya adalah memastikan setiap intervensi dapat tepat sasaran dan berdampak maksimal.

Bentuk intervensi yang dijalankan dapat beragam, seperti pelatihan keterampilan, pemberian pekerjaan, hingga pendidikan tentang pola hidup sehat dan keluarga berencana. Semua dilakukan secara terintegrasi agar keluarga berisiko dapat hidup mandiri dan sejahtera.

“Intervensi yang terintegrasi akan memastikan keluarga berisiko tidak hanya mendapatkan bantuan sesaat, tetapi mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara berkelanjutan,” tambah Junaidi.

Menuju Kutim Sehat, Sejahtera, dan Bebas Stunting

Upaya pencegahan stunting ini sejalan dengan visi Pemkab Kutim, yakni mewujudkan Kutim Sehat, Sejahtera, dan Bebas Stunting.

DPPKB Kutim berharap, dengan pendekatan preventif yang menitikberatkan pada keluarga berisiko, angka stunting di Kutim dapat terus menurun.

“Pencegahan sejak hulu sangat penting. Jika keluarga berisiko dapat diperkuat kondisinya, maka anak-anak yang lahir nanti memiliki kesempatan tumbuh kembang yang optimal, bebas dari stunting,” pungkas Junaidi.

Melalui strategi ini, Pemkab Kutim menegaskan komitmennya untuk memastikan generasi masa depan tidak hanya sehat, tetapi juga sejahtera secara sosial dan ekonomi.

Inisiatif preventif ini menjadi langkah nyata Kutim dalam membangun kualitas hidup masyarakat, sekaligus memastikan setiap anak memiliki awal kehidupan yang terbaik. (Adv)

Back to top button