“Terkait persoalan itu, mungkin nanti teman-teman (wartawan) bisa berbicara langsung ke dinas terkait. Kalau kita merasa pembangunan itu belum maksimal, coba kita poles biar lebih cantik, lebih manis sehingga punya nilai yang lebih baik,” ungkapnya.
Tugu Pesut Pemprov Kaltim juga jauh dari kampanye ramah lingkungan. Sebab material yang digunakan plat galvanis alias perpaduan antara besi dan seng yang tentunya akan memantulkan panas matahari dan menambah efek rumah kaca.
Sedangkan Tugu PKK di Bontang juga tak jauh berbeda. Meski menggelontorkan anggaran terkecil, namun proyek ini menuai kritik karena dianggap tidak sesuai dengan desain yang sebelumnya dirilis pemerintah.
Detail patung Burung Kuntul Perak, ikon utama tugu setinggi 14 meter ini, dinilai belum lah sempurna.
Bagian sayap burung masih terlihat rangka besi, sehingga mengurangi estetika keseluruhan. Disisi lain, tugu Pesut yang kerjakan Pemkot Samarinda menjadi yang paling unggul.
Sebab penggunaan material yang ramah lingkungan, dengan penggunaan bahan baku utama HDPE daur ulang dari sampah tutup botol.
Tugu ini menjadi simbol komitmen Kota Samarinda dalam mengelola sampah dan menjaga kelestarian lingkungan, khususnya Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus.
Perancang tugu dari CV Evolution Vergian Septiandy mengatakan, pemilihan bahan daur ulang ini memiliki makna yang mendalam. Pihaknya ingin memicu diskusi publik persoalan lingkungan yang disematkan, khususnya terkait pengelolaan sampah plastik.
“Selama ini belum banyak karya seni publik di Samarinda yang mengangkat isu lingkungan secara eksplisit,” sebutnya.
Selain itu, dijelaskannya juga kalau pemakaian dari Tugu Pesut ini menjadi bentuk nyata untuk menuju penggunaan material ramah lingkungan.
Ia pun berharap masyarakat juga bisa melihat, bahwa bangunan ini bukan hanya sekedar ikon.
Namun, bagaimana kepedulian tentang sampah bisa dibangkitkan dan menjadi gerakan baru untuk mengurangi sampah.