Alih-alih memikirkan nyawa rakyat, Enggal menganggap presiden terlalu fokus pada kerugian ekonomi.
"Tiongkok sejak awal berani menutup kota Wuhan dan sekaligus propinsi Hubei yang berpenduduk 54 juta untuk memerangi teror virus Covid-19 tanpa memikirkan kerugian ekonomi," katanya, dikutip dari Kompas.com.
Dari kacamatanya, pemerintah Jokowi kebanyakan mementingkan investasi ketimbang nyawa rakyat.
"Bagi pemerintah Tiongkok nyawa rakyatnya jauh lebih daripada investasi. Ini yang tidak kita lihat pada kebijakan Jokowi," kata dia.
Enggal pun merasa akal sehatnya sebagai rakyat telah dilecehkan.
"Mementingkan investasi pariwisata di saat wabah dahsyat Covid-19 bukan hanya melecehkan akal sehat tapi juga mendatangkan malapetaka besar. Kita jadi olok-olok dunia Internasional di saat negara-negara lain justru menutup negaranya dari turis," sambungnya.
Usai mengkritik pemerintah yang dianggap lalai dan terlalu fokus pada kerugian ekonomi, Enggal menyampaikan keluhannya. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan Enggal dan kawan-kawan rugi bandar, ia merasa mengalami kerugian ekonomi.
Sebagai seorang pedagang eceran, pendapatannya mengalami penurunan.
"Kalau saja pemerintah pusat sejak awal serius menangani teror Covid-19 ini, tentu saya dan kawan-kawan pedagang eceran dan UMKM lainnya masih bisa mencari nafkah sehari-hari," ucapnya.