GULIR KEBAWAH UNTUK MELIHAT BERITA

Diskominfo Staper Kutim Gelar Pelatihan Dasar Tim Tanggap Insiden Siber, Perkuat Pertahanan Digital Daerah

DIKSI.CO, KUTIM – Dinas Komunikasi dan Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfo Staper) Kutai Timur (Kutim) kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat keamanan informasi pemerintahan daerah.

Hal ini ditandai dengan penyelenggaraan Pengenalan Dasar Tim Tanggap Insiden Siber (CSIRT) bagi perangkat daerah di lingkungan Pemkab Kutim Tahun 2025.

Kegiatan berlangsung di Ruang Rapat Diskominfo pada Senin (17/11/2025) dengan menghadirkan narasumber dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Pelatihan ini menghadirkan Muhammad Rais Fajarhuda, Manggala Informatika Ahli Pertama pada Direktorat Keamanan Siber dan Sandi Pemerintah Daerah BSSN, sebagai pemateri utama.

Kehadirannya memberikan wawasan mendalam mengenai peran strategis Tim Tanggap Insiden Siber atau Computer Security Incident Response Team (CSIRT) dalam menjaga keamanan sistem dan layanan digital pemerintah daerah.

Sebanyak 15 anggota CSIRT Kutim mengikuti kegiatan ini.

Mereka merupakan perwakilan dari berbagai perangkat daerah yang telah ditunjuk untuk menjadi bagian dari tim respons cepat apabila terjadi insiden siber pada layanan digital pemerintahan.

Bangun Pertahanan Siber Daerah yang Responsif dan Terukur

Dalam sambutannya, Kepala Diskominfo Staper Kutim, Ronny Bonar Siburian menegaskan bahwa peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang keamanan siber merupakan kebutuhan mendesak.

Terutama di tengah pesatnya perkembangan teknologi serta meningkatnya potensi ancaman digital terhadap data dan layanan publik.

“Penguatan kapasitas SDM di bidang keamanan siber bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak. Pemerintah daerah harus siap menghadapi berbagai bentuk ancaman yang dapat mengganggu stabilitas layanan pemerintahan,” ujar Ronny.

Ia menekankan pentingnya pemahaman peran dan mekanisme dasar penanganan insiden bagi seluruh anggota CSIRT.

Menurutnya, pengetahuan tersebut menjadi fondasi penting dalam menciptakan respons yang cepat, tepat, dan terkoordinasi jika sewaktu-waktu terjadi insiden.

“Saya berharap seluruh anggota dapat memahami peran, fungsi, serta mekanisme dasar penanganan insiden siber. Pemahaman ini menjadi pondasi bagi terciptanya respons yang responsif dan terukur,” imbuhnya.

Materi Berfokus pada Konsep Dasar dan Tahapan Penanganan Insiden

Melalui sesi pemaparan, narasumber dari BSSN menguraikan konsep dasar CSIRT, mulai dari struktur tim, peran masing-masing anggota, jenis-jenis serangan, hingga prosedur penanganan awal ketika insiden terdeteksi.

Materi juga mencakup berbagai metode deteksi dini, analisis insiden, serta mekanisme pelaporan sesuai dengan standar nasional keamanan siber.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman peserta mengenai berbagai bentuk ancaman siber yang dapat mengganggu layanan pemerintah, seperti serangan malware dan ransomware, kebocoran data, serangan phishing, gangguan layanan (DDoS), serta potensi penyusupan ke sistem pemerintahan.

Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam membangun kesiapsiagaan daerah terhadap ancaman yang semakin kompleks.

Dengan meningkatnya digitalisasi layanan, pemerintah daerah dituntut tidak hanya cepat beradaptasi, namun juga memiliki sistem pertahanan yang kokoh dan berkelanjutan.

Pentingnya Deteksi Dini dan Koordinasi Antarperangkat Daerah

Ronny Bonar Siburian juga menekankan bahwa keberhasilan sebuah CSIRT tidak hanya ditentukan oleh kemampuan teknis anggotanya, tetapi juga bagaimana koordinasi antarperangkat daerah dapat berjalan efektif.

Ia menyebutkan bahwa persepsi yang sama mengenai peran dan tanggung jawab merupakan kunci untuk membangun kesigapan kolektif.

“Penyelarasan peran dan tanggung jawab anggota CSIRT sangat penting. Seluruh unsur harus memiliki persepsi yang sama dalam menjalankan fungsi tanggap insiden. Hanya dengan koordinasi yang baik, respons insiden dapat dilakukan secara cepat dan akurat,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa deteksi dini merupakan elemen penting dalam meminimalisir dampak insiden.

Dengan kemampuan pengawasan sistem yang memadai, potensi gangguan dapat dicegah sebelum berkembang menjadi ancaman besar.

Diharapkan Menjadi Kegiatan Rutin Tahunan

Ronny berharap pelatihan ini memberikan manfaat nyata baik secara teknis maupun nonteknis bagi seluruh anggota CSIRT Kutim.

Ia juga menegaskan pentingnya pelaksanaan kegiatan serupa secara berkesinambungan sebagai bagian dari pengembangan kapasitas aparatur daerah.

“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Peningkatan kapasitas SDM merupakan proses berkelanjutan agar kesiapsiagaan siber di Kutim semakin kuat,” tutupnya.

Melalui kegiatan ini, Pemkab Kutim semakin mantap membangun pondasi sistem keamanan siber yang adaptif dan terintegrasi.

Pelatihan dasar CSIRT diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkuat keamanan informasi daerah sekaligus meningkatkan kepercayaan publik terhadap layanan pemerintahan digital. (Adv)

Back to top button