"Prinsipnya, virus hanya bisa hidup dalam jaringan hidup misalnya air liur atau dahak. Jika masuk dalam saluran air apalagi sungai, maka konsentrasi droplet akan larut, sehingga virus tidak bisa bertahan hidup di air," kata Andi, dikonfirmasi Sabtu (23/5/2020).
Meski begitu, Andi menekankan virus masih memungkinkan bisa bertahan di droplet yang menempel pada material yang terbawa oleh banjir. Artinya, banjir juga tidak benar-benar aman.
Andi menegaskan, selama droplet yang menempel di material belum kering atau menguap, masih memungkinkan ada virus yang berpotensi menularkan kepada manusia di situ.
"Selama belum kering atau menguap, dropletnya bisa saja terjadi. Tapi umumnya material kan terendam atau tenggelam, sehingga droplet akan terlarut (hancur) di dalam air," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)