Selain dugaan air kiriman dari disposal perusahaan tambang, Suwarso juga tak menampik kalau sebab lain seperti faktor cuaca juga memperburuk keadaan. Tingginya curah hujan dengan debit air 110 mililiter per detik dalam waktu dua jam juga menjadi sebab tanggul air jebol.
“Dari analisis tim gabungan di lapangan juga diketahui ada dua aliran air yang masuk di dalam folder. Yakni dari perumahan, dan satu dari disposal tambang,” terangnya.
Perusahaan tambang itu, diketahui berinisial PT LH sedangkan kontraktornya PT EK.
Solusi mengatasi persoalan tersebut, kata Suwarso yakni agar perusahaan tambang bisa membuat folder air mereka sendiri. Khususnya di dekat area disposal mereka.
“Hasilnya pertama kalau pihak penambang harus membuat folder air di dekat disposal mereka. Karena di kawasan itu menurut informasi warga dulunya adalah rawa-rawa yang mana merupakan daerah serapan air. Dan disisi bawah, kita tangani dengan paralel. Kuncinya kita selamatkan warga dulu,” pungkasnya. (tim redaksi)