"Sekarang masalah harga agak lumayan, satu ikatnya kalau bayam Rp. 8.000, kalau kangkung satu ikatnya Rp. 5000," urainya.
Tentu saja kisahnya tidak begitu saja berjalan mulus. Produktifitasnya dalam melakoni pekerjaan sering kali terhambat dengan kosongnya bibit sayuran dan pupuk di toko-toko pertanian.
"Kebutuhan, masalah bibit, kan waktu kosong jadinya gak ada, dan pupuk pun juga kadang-kadang susah dicarinya, kalau pas lagi kosong, susah mencarinya ke mana-mana, dua itu yang paling diutamakan," ungkapnya.
Sebab, dalam kondisi itu ia terpaksa menghentikan sejenak aktivitas bercocok tanam untuk sementara waktu.
"Tidak ada sama sekali berhenti dahulu, lahannya ditanggul dulu, sambil nunggu bibit itu ada, tapi kadang-kadang paling lama nunggu bisa sampai satu bulan. Kalaunya pupuk bisa lebih lama, apalagi di akhir tahun," tuturnya. (tim redaksi Diksi)