Disebutkan Merah Johansyah, contoh konkrit eksploitasi tambang berkedok ramah lingkungan adalah mega proyek industri fabrikasi mobil listrik.
"Ini disebut pembangunan ekonomi rendah karbon supaya gak bergantung dengan minyak, beremisi, jadi mau bangun pabrik baterai. Padahal nikelnya dikeruk dari pulau-pulau kecil di Indonesia. Sementara untuk menemani pabrik nikel diperlukan PLTU, dan PLTU gak bisa berdiri tanpa batu bara," terangnya.
Sementara itu, senada dengan Merah Johansyah, Dinamisator JATAM Kaltim, Pradarma Rupang mengatakan bahwa aktivitas pengrusakan sumber daya alam di Kaltim saat masa pandemi kian brutal dan terang-terangan.
"Kita juga melihat reaksi sejumlah aparat hukum yang justru seakan membenarkan bahwa pandemi membuat mereka tidak bisa bekerja secara maksimal walaupun dihadapan mata mereka kejahatan itu sedang berlangsung," tutur Rupang.
Lanjutnya, publik dipaksa memahami bahwa negara sedang fokus menangani pandemi. Padahal disisi lain tidak ada penyelesaian tuntas terkait pandemi.
"Sementara aktivitas pekerja tambang batubara menjadi penyumbang klaster terbesar di Kaltim. Itu terjadi di Kutim dan Balikpapan," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)