Seakan berdamai dengan masa lalu, para petani mulai berbenah, memanfaatkan teknologi pertanian ramah lingkungan.
Perjuangan Gushai berbuah manis, tiap bulannya ia bisa meraup keuntungan bersih hingga puluhan juta rupiah.
"Omset sekitar Rp25-30 juta per bulan. Kalau modal sekitar Rp7-10 juta," ungkap Gushai ditemui di Green House miliknya.
Urusan belanja modal, pria bertubuh kurus itu berkisah, pengeluaran modal per bulannya paling besar Rp10 juta. Dengan modal segitu, ia perlukan untuk memenuhi kebutuhan bibit, nutrisi air, dan biaya listrik.
Gushai bersyukur Green House miliknya telah tumbuh berkembang, hingga dapat perhatian oleh pemerintah.
835 meter persegi yang ia kelola, 80 persen lahan dipakai untuk menanam Selada Air. 10 persen lainnya menanam jenis sawi-sawian, dan 10 persen sisanya menanam anggur. (*)
Bekerja Hingga Larut
Pukul 06.00 pagi buta, Gushai dan sang ayah sudah beraktivitas di Green House miliknya.
Kegiatan pagi hari, dihabiskan untuk pindah tanam pembibiatan, dan melakukan panen Selada Air, hingga hari menjelang siang.
Gushai tidak bisa memaksakan diri, ketika Sang Matahari tinggi menjulang, saat itulah ia beristirahat.
"Kondisi di Green House ini kan siang memang panas betul," ungkap Gushai sambil memanen Selada.
Sore hari, ia lanjut menunaikan tugasnya. Pada waktu sore hari, digunakan anak dan ayah untuk membersihkan pipa-pipa hidroponik saat panen pagi hari tadi.
Tidak berhenti di situ, pada malam hari Gushai kembali melanjutkan pekerjaannya.
Malam hari digunakannya untuk melanjutkan memanen tanaman. Aktivitas itu ia lakukan hingga malam hari.