Senin, 7 Oktober 2024

Jalur Trans Samarinda - Kubar Semakin Memilukan, Tak Tersentuh Perbaikan Sejak 2019

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Senin, 31 Januari 2022 13:55

Warga di sekitar Desa Perian jalur Trans Kaltim, Kutai Kartanegara - Kutai Barat terlihat melakukan perbaikan secara swadaya untuk meminimalisir bahaya bagi para pengendara

Kubangan besar yang menganga di tengah jalan pun membuat banyak roda empat hingga truk bermuatan mengalami kesulitan untuk melintas.

Bahkan di titik jalan itu, rombongan sempat menyaksikan bagaimana perjuangan pikap bermuatan hasil sungai melintasi jalan rusak parah yang juga licin.

Menurut warga sekitar bernama EEN, pada Juli 2021 kemarin sempat ada beberapa pekerja konstruksi yang berkunjung dan mengatakan akan dilakukan perbaikan.

"Tapi tidak tahu dari mana. Katanya akan ada perbaikan jadi dilakukan pengupasan (jalan), tapi kenyataannya tidak ada sampai sekarang (Jumat lalu)," kata Een, yang merupakan warga RT 41.

Selain itu, Een yang juga berprofesi sebagai mekanik sebuah bengkel motor itu juga mengatakan, kondisi jalan yang semakin parah disebabkan oleh ambrolnya gorong-gorong sehingga air meluap ke badan jalan utama.

"Sebelum ada pengupasan itu air di gorong-gorong lancar saja, tidak meluap seperti itu," tambahnya.

Kepada rombongan awak media, EEn juga berpesan agar lebih berhati-hati di jalur selanjutnya.

Karena keadaan jalan akan semakin parah dan terus berlangsung hingga memasuki wilayah Kabupaten Kutai Barat.

"Nanti di depan itu juga banyak jalan rusak bahkan lebih parah," imbaunya.

Hari pun beranjak gelap. Rombongan yang penasaran dengan kondisi jalur di depan pun kembali melanjutkan perjalanan yang mana memang terasa lebih berat dan berbahaya, karena harus berpapasan dan beriringan dengan konvoi truk bermuatan sawit, batu bara dan juga kayu.

Apa yang kami saksikan di jalur Trans Kaltim yang sudah memasuki wilayah Kubar itu cukup membuat kami tersentak, dimana "raja jalanan" itu bebas hilir mudik melintas.

Sehingga kami pun berkeyakinan fakta yang kami lihat itu adalah penyebab hancurnya Jalan Nasional yang menghubungkan dua kabupaten itu.

Dalam wawancara kami dengan beberapa pemilik warung di Jalan Trans Kaltim dari Kecamatan Bongan, hingga Kecamatan Muara Lawa (simpang Kalteng), Kabupaten Kutai Barat diketahui bahwa hauling kendaraan bermuatan sawit, batu bara, dan kayu hampir 85 persen bersumber dari aktivitas ilegal yang tersembunyi dibalik lebatnya hutan.

Sayang warga menyebut kegiatan merusak alam dan infrastruktur itu tak pernah tersentuh hukum.

Kerusakan demi kerusakan jalan terus dirasakan terutama ketika kami berada di kawasan KEM Baru.

Meski terlihat ada upaya perbaikan jalan, berupa pengecoran semenisasi, namun kondisi itu terlihat seperti setengah hati.

Diluar kondisi jalan berlubang yang ambles karena menjadi perlintasan kendaraan bermuatan besar, kondisi serupa pun kembali dirasa saat rombongan awak media melakukan perjalanan pulang ke Samarinda pada Minggu 23 Januari 2022 kemarin.

Rombongan kala itu mendapati abrasi lapisan tanah jalan yang tak jauh dari Simpang Kalteng, Kecamatan Bentian Besar.

Kondisi jalan yang mengalami abrasi itu diperkirakan sepajang 12 meter dengan jarak longsoran tanah sekira 70 meter ke arah aliran Sungai Bentian Besar.

Tentunya kondisi itu sangat mengancam keselamatan pengguna jalan khususnya mereka yang melintas pada malam hari.

Selain tak terlihat karena sama sekali tidak ada penerangan, posisi abrasi terjadi persis di jalan menikung dari arah Kubar ke Samarinda maupun sebaliknya.

Tak tampak penanganan khusus kecuali hanya bentang pita proyek sebagai penanda bahaya, yang pastinya tidak akan mampu mencegah ancaman titik Jalan Trans Kaltim itu akan terputus jika tidak segera diperbaiki.

Kembali di hari pertama perjalanan, rombongan pun akhirnya tiba di Kecamatan Barong Tongkok pusat pemerintahan Kabupaten Kubar yang memiliki semboyan Tanah Purai Ngeriman (Tanah Subur Makmur Melimpah Ruah), dengan waktu tempuh sekira 12 jam perjalanan menggunakan motor.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews