Jumat, 20 September 2024

Generasi Z Dibahas dalam Pertemuan Tokoh Agama dan Keluarga Penyintas Terorisme di Kaltim

Koresponden:
diksi redaksi
Sabtu, 18 September 2021 17:52

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi DR Rafli Amar

Seperti misalnya, pengeboman Gereja di Makassar dan terorisme di Mabes Polri. Kasus ini merupakan bukti bahwa propaganda jaringan terorisme terus  menebar tindakan-tindakan kebencian.

Ia lanjutkan, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 120 negara di dunia yang terkena dampak propaganda teroris.

Tingginya angka ini karena arus globalisasi dimana orang, khususnya anak muda dalam menggunakan sosial media. 

Dikatakannya, saat ini ada sekitar 202 juta pengguna internet  di Indonesia. Dari 202 juta pengguna internet ini, 80 persen sebagai pengguna media sosial, dimana 60 persennya adalah anak muda. Generasi Z, generasi milenial. 

"Nah kelompok terorisme ini senang sekali merekrut anak-anak muda yang mereka anggap berani,  idealis dan sedang mencari jati diri. Generasi milenial ini dengan mudah mengikuti, mem follow akun-akunnya, terus update sampai pintar membuat surat wasiat (siap mati) untuk orang tuanya saat akan menjalankan aksinya. Itulah akhirnya dia menjadi pelaku bom bunuh diri," cerita Boy.

Kegiatan Pelibatan Masyarakat "Kolaborasi Penyintas" dalam pencegahan terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim, selain menghadirkan keluarga dan korban Gereja Oikumene, juga ada satu keluarga kasus bom Desa Loki,  Ambon pada tahun 2005 silam, dimana saat itu terdapat 6 orang anggota Brimob Polda Kaltim gugur dalam tugas. 

Pertemuan ini menjadi mengharukan, karena keluarga penyintas bom gereja Oikumene membawa hadir anak-anak mereka yang selamat dari luka-luka berat yang diderita. (tim redaksi Diksi) 

 

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews