Tak hanya pasokan logistik, dari informasi yang dihimpum ada sekitar 150 nasib buruh pelabuhan turut terancam lantaran tak bisa lagi bekerja. Terlebih para buruh itu tergolong memiliki perekonomian menengah ke bawah dan tak punya penghasilan tetap.
Sempat berbincang dengan Darwis, koordinator Buruh Angkut Pelabuhan Samarinda. Wacana pemilik kapal yang akan menghentikan pelayaran, membuat pria 38 tahun itu bingung bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Kalau engga kerja, berarti isi piring tidak ada, Pak," ucap Darwis dengan lesu.
Kalau dirata-rata, kata Darwis, dalam dua hari biasa ia dengan rekan seprofesinya mengantongi Rp300 ribu. Berarti, normalnya dalam sehari mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp150 ribu. Tapi, itu pun tak menentu. Tergantung aktivitas bongkar muat yang menggunakan jasa mereka.
"Ya engga tentu, kadang di atas kadang di bawah itu pendapatan kami. Apalagi sekarang enggak ada penumpang berarti yang pakai jasa kami juga berkurang," katanya seraya menatap bentang Sungai Mahakam.
Dia berharap agar pelabuhan masih dapat beraktivitas seperti biasanya. Paling tidak ada aktivitas bongkar muat. "Kalau tidak kami yang terdampak paling besar," tutupnya.
Langkah Sigap Pemkot
Soal wacana kapal muatan pangan terakhir bertambat di pelabuhan, Sekretaris Kota Samarinda Sugeng Chairuddin menyebutkan tidak ada akses jalur logistik lagi selain melalui pelabuhan KSOP tersebut. Maka dengan demikian pihaknya akan berupaya komunikasi lagi kepada pemilik kapal.
"Tidak ada (selain jalur laut). Nah itu lah, dalam situasi ini tidak semudah yang dikira. Karena masalahnya sangat komprehensif. Ya, kami akan berupaya adakan komunikasi lagi, mudah-mudahan ada jalan keluarnya," kata Sugeng saat dihubungi, Sabtu (11/4/2020).
Disamping itu, Sugeng berharap sebaiknya semua pihak harus saling tolong menolong dalam hal penanganan dampak lain yang diakibatkan dari pandemi Covid-19 ini. "Karena ini tidak bisa sendiri-sendiri," ujarnya.
"Mudah-mudahan yang punya kapal mau memahami. Hitung-hitung mereka akan beramal dalam situasi ini," tambahnya.
Jika kapal itu benar-benar berhenti, Sugeng menyebutkan Pemerintah Kota akan memasukan para buruh tersebut ke dalam daftar catatan yang terkena dampak covid 19. Kemudan dengan demikian akan diberi bantuan santunan selama masa pandemi.