Karena masa pandemi Covid-19, sempat ada rencana tidak menggelar pembagian sembako. Namun dalam beberapa hari terakhir kediaman pribadi Gubernur Kaltim, selalu kedatangan warga yang meminta bantuan sembako. Dikarenanakan tidak ada sembako di rumah akibat terhentinya kegiatan dalam artian tidak ada sumber pendapatan.
Kondisi ini, membuat keluarga Gubernur Isran Noor berpikir ulang untuk meniadakan pembagian sembako. Akhirnya pembagian sembako dilakukan dengan cara sesuai ketentuan yang ada yakni bagi warga kurang mampu, dengan menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun, dicek suhu badan, dan tidak ada jabat tangan. Jumlah warga yang datang semakin banyak menjelang Ramadan, sehingga terjadi penumpukan di luar pagar/halaman rumah Isran Noor.
“Melihat banyaknya warga masyarakat yang datang, keluarga Gubernur Isran Noor dibantu sejumlah warga sekitar dan petugas yang ada, mau tidak mau tetap melayani dengan menyediakan bantuan diantaranya beras,” terangnya.
Ditambahkan, Gubernur Isran Noor dan keluarga menyampaikan permohonan maaf, jika pembagian bantuan sembako dinilai kurang tepat yakni pada saat Covid-19 mewabah.
Namun, pembagian sembako yang dilakukan tiada lain, sebagai bentuk kecintaan kepada masyarakat yang serba kesulitan di tengah pandemi Covid-19.
“Tujuannya tiada lain ingin membantu dan memberikan kegembiraan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan sembako, terutama menyambut Ramadan yang dimulai Jumat besok,’ tandasnya.
Apa yang terjadi pada Kamis, 23 April 2020 ini, ungkapnya, di luar dugaan, karenanya Gubernur Isran Noor dan keluarga berdoa warga masyarakat yang ikut dalam pembagian sembako, selalu dalam lindungan Allah SWT dan diberikan kesehatan serta dijauhkan dari segala marabahaya terutama Covid-19.
Dikomentari 2 Dosen Unmul
Pemberitaan yang massif hingga masuk ke nasional, serta media sosil, membuat pihak akademisi dari Universitas Mulawarman Samarinda ikut beri komentar terkait ramainya massa di White House itu.
Herdiansyah Hamzah, akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Mulawarman atau kerap disapa Castro menyampaikan, Isran Noor selaku gubernur Kaltim telah mempertontonkan serta mengajarkan sesuatu yang tidak baik kepada masyarakat. Terkesan, Isran Noor terlampau sering mengambil tindakan tanpa dipikirkan matang-matang terlebih dahulu.
"Kejadian ini mengajarkan kepada masyarakat, bahwa gubernur saja bisa mengumpulkan orang seperti itu, bagaimana dengan masyarakatnya. Gubernur kan mengajarkan yang tidak baik ke masyarakatnya. Apalagi posisi dia sebagai ketua gugus tugas, itu menurut saya jadi yang preseden buruk bagi masyarakat," kata Castro, dikonfirmasi Kamis (23/4/2020) malam.
Dosen Fakultas Hukum itu menyebut, sikap Isran Noor tidak sinkron dengan apa yang menjadi kebijakan umum. Baik di tingkat nasional maupun daerah. Akhirnya bila kejadian tersebut sampai ke pusat, bisa jadi akan ada teguran dari menteri Dalam Negeri maupun Presiden Jokowi.
"Bisa saja bila kejadian ini sampai ke pusat. Gubernur Kaltim bisa ditegur oleh mendagri. Jadi Presiden melalui mendagri mestinya menegur Pak Isran Noor," jelasnya.
Terakhir, Castro menyampaikan gubernur Kaltim perlu berbesar hati, meminta maaf kepada masyarakat atas kejadian ini.
"Kejadian ini harunya bisa jadi pelajaran bagi beliau, sebaiknya Pak Isran harus berbesar hati untuk minta maaf karena sudah melakukan tindakan yang justru bisa berpotensi terjadinya penyebaran virus corona bila terjadi pengumpulan massa besar," pungkasnya.
Pun demikian dengan Cody atau Haerul Anwar, Dosen Universitas Mulawarman yang saat itu juga langsung lakukan kontak dengan Diksi.co.
Cody, yang kerap keras bicara ini, sampaikan 4 hal yang dimintanya harus dilakukan ke depan.
“Jangan sampai orang terpaksa keluar rumah, berkeliaran. Pertama, kami percaya, semua bantuan ini niatnya baik. Motif tidak penting. Tetapi ya mbok niat baik dilakukan dengan cara yang baik. Apalagi ini dilakukan oleh orang terdepan. Ini kan kesannya orang dipaksa untuk berkeliaran. Bukan terpaksa, tetapi dipaksa. Kalau gak keluar tidak dapat, dengan secara tidak langsung,” ujarnya.
Kedua, yakni jangan sampai adanya pembagian sembako ini justru menjadi klaster baru dalam penyebaran Covid.
“Kalau ada transmisi lokal kan bahaya. Transmisi lokal kan baru di Balikpapan. Jangan sampai itu terjadi. Tambah susah nanti tracingnya,” ujar Cody.
Ketiga, ia inginkan physical distancing itu jangan hanya ditunjukkan pihak pemerintah dalam hal imbauan, tetapi justru terkesan bocor dalam kegiatan publik.
“Kan mereka imbau untuk itu. Tetapi jadinya begini,” ujarnya.
Terakhir adalah ia meminta adanya perencanaan matang akan pemberian sembako untuk masyarakat dalam waktu ke depan. Pasalnya, belum diketahui wabah corona ini akan terjadi berapa lama. Perlu adanya pengaturan sembako yang diatur pemerintah, sehingga waktu bias bertahan lama.
“Kita tak tahu pandemic ini berapa lama. Jangan sampai jor-joran di depan, tetapi kemudian kehabisan napas. Main bola waktunya 90 menit, tetapi 30 menit kita sudah loyo. Kita kan tak tahu, bias sebulan, dua bulan, atau tiga bulan. Kalau semuanya diberikan semua, bagaimana kalau waktunya panjang. Ternyata bantuan itu misalnya harus dilakukan marathon, tidak hanya di awal saja,” ujarnya.(*)
Kolaborasi Diksi.co Group X Aku Mantap