Sabtu, 23 November 2024

Sebut Perilaku Menyimpang Mahasiswi yang Lakukan Aborsi, Psikolog Beri Saran Ini

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Jumat, 24 September 2021 9:43

FOTO : Kasus aborsi yang mahasiswi di kamar indekosnya diharapkan mendapat pemeriksaan kejiwaan lebih jauh oleh kepolisian/ IST

"Dan sejatinya seorang ibu juga mempunyai fungsi hearing, dan ini kenapa begitu. Apakah depresi karena diduga si ibu coba melakukan aborsi dari dulu tapi selalu gagal hingga akhirnya ia merasa tertekan. Jadi indikasi gangguan kejiawaannya juga harus diperiksa," tambahnya. 

Jika nantinya  dari pemeriksaan ditemukan jika si ibu dalam keadaan depresi, maka saran Ayunda akan lebih bijak nantinya jika kepolisian terlebih dulu melakukan perawatan.

Kondisi depresi juga menurut Ayunda bisa menjadi dasar terjadinya perilaku menyimpang tersebut. Dalam ilmu kejiwaannya, depresi dikatakan Ayunda menjadi dua golongan. 

Yakni depresi postartum, yang mana kondisi ini adalah depresi pasca melahirkan dengan keadaan tertekan lantaran tidak ada suami, sehingga suasana hatinya kacau murung dan merasa tidak berdaya. 

"Kasus yang lebih parah bahkan bisa menyebabkan kondisi psikotic postartum yang bisa memicu perilaku agresif seorang ibu untuk membunuh anaknya atau si ibu melakukan tindakan bunuh diri. Jadi depresinya itu terlebih dulu harus dipulihkan dan dirawat. Karena logikanya kalau orang sakit tidak diobati dan ditahan malah justru jadi lebih sakit nantinya kan," tegasnya. 

Dari pemeriksaan kejiwaan itu juga nantinya, menurut Ayunda bisa menjadi konsen aparat penegakan hukum untuk mengungkap motif, kenapa si pelaku aborsi bisa memperlakukan jenazah bayinya sedemikian sadis.

"Ini sudah diluar kelaziman. Ini tidak masuk dalam perilaku normal. Ini sudah upnormal karena perilakunya tidak sama dengan kebanyakan ibu pada umumnya. Makanya ini perlu pemeriksaan medis kejiwaannya," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews