Melalui sambungan telepon pada Selasa (3/11/2020), Sarosa sampaikan bahwa publik sudah pintar menilai dan membedakan akan serangan untuk menjatuhkan lawan.
"Memang usaha untuk menjatuhkan lawan itu ada. Sebenarnya, yang saya inginkan, politik itu dilakukan dengan santun. Jangan sampai mencederai seseorang, apalagi sampai pada fitnah. Menyerang pribadi, itu secara etika tidak bagus. Saya kira, publik juga bisa menilai (mana kritik pada program, dan mana yang menjurus fitnah). Itu kelihatan, sangat kelihatan," ujarnya.
Ia pun mengamini, jika pola serangan yang dilakukan menjurus fitnah itu, malah menjadi tolak ukur ketidakdewasaan pihak yang melakukan serangan. Selain itu, justru Sarosa sampaikan, malah bisa jadi, pihak yang diserang itulah yang memiliki peluang dan elektabilitas yang tinggi.
"Bisa begitu. Apalagi kalau black campaign. Yang kuat, biasa yang diblack campaign. Menurut saya, ayolah semua pihak dewasa dalam kontestasi pemilihan ini. Lakukan semua dengan bermartabat, santun. Jangan cederai," ucapnya.
Sarosa mengajak agar kritis pada program yang ditawarkan oleh para kandidat, justru jadi hal yang diperlukan saat ini oleh masyarakat.
"Saya kira itu, Kritis pada programnya. Masyarakat sudah punya pilihan. Pilkada ini kan sudah dilakukan beberapa kali. Masyarakat pasti sudah belajar bagaimana pola-polanya. Menyerang tanpa ada data juga tong kosong. Saya juga ada dapat di Whatsapp yang begini, begitu. Dihembuskan. Tetapi saya rasa masyarakat sudah pintar untuk tahu mana campaign yang jujur dan mana campaign dengan tanpa data," ujarnya. (tim redaksi Diksi)