Senin, 25 November 2024

Rentan Black Campaign Jelang Pencoblosan, Guru Besar Unmul: Publik Sudah Pintar Menilai

Koresponden:
diksi redaksi
Selasa, 3 November 2020 3:29

Profesor Sarosa Hamongpranoto, Guru Besar di Universitas Mulawarman Samarinda/ tribunkaltim

DIKSI.CO, SAMARINDA - Pilkada 2020 saat ini tinggal hitungan hari untuk masuk ke proses pencoblosan di 9 Desember 2020. 

Jelang gong di Desember, pola menyerang lawan mulai terlihat di beberapa hari ini. Narasi black campaign bernada fitnah mulai bermunculan. 

Salah satunya dialami Andi Harun, kandidat Wali Kota Samarinda. Terbaru akun YouTube @berita asyik dianggap telah lakukan konten hoax

Untuk itu, pada Senin (2/11/2020) kemarin, tim kuasa hukum calon Wali Kota Samarinda, Andi Harun resmi membuat laporan pengaduan atas konten berita channel YouTube bernama Berita asyik ke Mapolresta Samarinda.

Channel YouTube tersebut diduga melanggar Undang-Undang Transaksi Elektronik Pasal 28. 

Dijelaskan Andi Asran Siri, Kuasa Hukum Andi Harun, bahwa dalam channel tersebut berisi empat link yang  dibuat, diedit dan disebarluaskan dengan tujuan mencemarkan nama baik, fitnah, serta ujaran kebencian.

"Karena di dalam berita tersebut seakan-akan Andi Harun dalam hal ini pernah jadi tersangka dari sebuah kasus di tahun 2006," ujar Andi Asran Siri kepada awak media, Senin (2/11/2020).

Perihal adanya black campaign jelang hari-hari pencoblosan pun ikut dijelaskan Profesor Sarosa Hamongpranoto, Guru Besar di Universitas Mulawarman Samarinda

Melalui sambungan telepon pada Selasa (3/11/2020), Sarosa sampaikan bahwa publik sudah pintar menilai dan membedakan akan serangan untuk menjatuhkan lawan. 

"Memang usaha untuk menjatuhkan lawan itu ada. Sebenarnya, yang saya inginkan, politik itu dilakukan dengan santun. Jangan sampai mencederai seseorang, apalagi sampai pada fitnah. Menyerang pribadi, itu secara etika tidak bagus. Saya kira, publik juga bisa menilai (mana kritik pada program, dan mana yang menjurus fitnah). Itu kelihatan, sangat kelihatan," ujarnya. 

Ia pun mengamini, jika pola serangan yang dilakukan menjurus fitnah itu, malah menjadi tolak ukur ketidakdewasaan pihak yang melakukan serangan. Selain itu, justru Sarosa sampaikan, malah bisa jadi, pihak yang diserang itulah yang memiliki peluang dan elektabilitas yang tinggi. 

"Bisa begitu. Apalagi kalau black campaign. Yang kuat, biasa yang diblack campaign. Menurut saya, ayolah semua pihak dewasa dalam kontestasi pemilihan ini. Lakukan semua dengan bermartabat, santun. Jangan cederai," ucapnya. 

Sarosa mengajak agar kritis pada program yang ditawarkan oleh para kandidat, justru jadi hal yang diperlukan saat ini oleh masyarakat. 

"Saya kira itu, Kritis pada programnya. Masyarakat sudah punya pilihan. Pilkada ini kan sudah dilakukan beberapa kali. Masyarakat pasti sudah belajar bagaimana pola-polanya. Menyerang tanpa ada data juga tong kosong. Saya juga ada dapat di Whatsapp yang begini, begitu. Dihembuskan. Tetapi saya rasa masyarakat sudah pintar untuk tahu mana campaign yang jujur dan mana campaign dengan tanpa data," ujarnya. (tim redaksi Diksi) 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews