Program Rehsos di Lapas Samarinda Resmi Ditutup, 250 WBP Siap Melangkah ke Hidup Baru

DIKSI.CO, SAMARINDA – Program Rehabilitasi Sosial (Rehsos) bagi 250 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Samarinda resmi berakhir pada Rabu, 3 Desember 2025.
Penutupan berlangsung sederhana namun hangat di ruang pertemuan lapas, dengan kehadiran jajaran BNN Kota Samarinda melalui Seksi Rehabilitasi.
Para peserta tampak antusias menandai akhir perjalanan pemulihan yang mereka jalani sejak pertengahan tahun.
Program Rehsos gelombang kedua ini menjadi langkah strategis dalam mewujudkan Lapas Bersinar—Bersih dari Narkoba—serta mendukung target zero halinar (handphone, pungutan liar, dan narkoba).
Sejak Juli hingga November 2025, ratusan WBP mengikuti rangkaian pembinaan intensif yang dirancang tidak sekadar sebagai rutinitas, melainkan proses pemulihan mental, perilaku, dan pemahaman tentang bahaya narkotika.
Pendekatan Rehabilitatif yang Lebih Manusiawi
BNN Samarinda dan pihak lapas menjalankan program melalui skrining awal, asesmen mendalam, konseling individu, serta dinamika kelompok.
Dengan pendekatan ini, petugas dapat memahami kondisi tiap peserta, termasuk tingkat ketergantungan dan faktor sosial yang memengaruhi penyalahgunaan narkotika.
Tidak sedikit peserta mengaku baru kali ini merasa benar-benar didengar.
Mereka memperoleh ruang aman untuk memulihkan diri secara psikologis dan sosial—sesuatu yang tidak mereka temukan sebelum masuk lapas.
Kepala BNN Samarinda, Kombes Pol Belny Warlansyah, yang diwakili Ketua Tim Rehabilitasi Heni Cahyowati, memberikan apresiasi atas komitmen para peserta.
Menurutnya, keberanian mereka bertahan menjalani pemulihan merupakan langkah awal menuju perubahan hidup.
“Mudah-mudahan WBP bisa menjadi contoh bagi yang lain. Kembalilah ke keluarga dengan pemikiran baru, lebih produktif, dan bermanfaat,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan para peserta agar menjauhi lingkungan lama yang berisiko menyeret mereka kembali ke penyalahgunaan narkoba.
“Jika menjadi residivis dengan kasus yang sama, hukuman akan jauh lebih berat. Jaga pemulihan dan jauhi narkoba,” tegasnya.
Komitmen Lapas Hadirkan Pembinaan yang Bermakna
Kepala Lapas Kelas IIA Samarinda, Yohanis Varianto, menegaskan bahwa Rehsos bukan formalitas.
Ia menyampaikan bahwa lapas terus berbenah menghadirkan program yang mampu membentuk pola pikir baru bagi warga binaan.
“Kegiatan ini kami rancang untuk mengubah cara pandang WBP agar tidak kembali memakai atau terlibat dalam jaringan narkoba. Lapas bukan hanya tempat menjalani hukuman, tetapi tempat pemulihan,” ujarnya.
Lapas dan BNN menghadirkan pemateri yang membahas bahaya narkoba, kontrol diri, manajemen stres, hingga pola hidup sehat.
Materi tersebut diharapkan menjadi bekal bagi WBP saat kembali ke masyarakat.
Dua WBP Menjadi Duta Anti Narkoba
Penutupan Rehsos diwarnai momen mengharukan ketika dua WBP terpilih sebagai Duta Anti Narkoba.
Keduanya menunjukkan perubahan perilaku signifikan dan aktif membimbing rekan peserta lainnya.
Pihak BNN dan lapas menyematkan rompi serta topi khusus sebagai simbol amanah baru bagi mereka.
“Saya tidak menyangka bisa menerima penghargaan ini. Semoga setelah bebas nanti saya bisa memulai hidup baru dan tidak mengecewakan keluarga,” ujar salah satu penerima penghargaan.
Penutupan program menandai awal perjalanan baru bagi 250 WBP.
Mereka kini memiliki pemahaman lebih kuat tentang risiko narkoba dan pentingnya pemulihan.
BNN dan lapas berharap Rehsos menjadi contoh bagi lapas lain dalam menghadirkan pendekatan rehabilitatif yang menyentuh akar persoalan, serta mampu menekan angka residivis narkotika di Samarinda. (redaksi)