Tidak butuh butuh waktu lama, kasus Covid-19 dari Klaster Ijtima Gowa mulai menampakan diri.
Kasus pertama konfirmasi positif dari klaster ini, terjadi di Balikpapan. Warga asal Kalsel, ditetapkan positif corona saat berada di Balikpapan. Pasien dirawat di RSUD Kanujoso Balikpapan. Esoknya, tanggal 29 Maret, pasien ini dinyatakan meninggal dunia.
Dinas kesehatan kabupaten/kota, berkoordinasi dengan Dinkes Kaltim, langsung melakukan tracing terhadap seluruh peserta Ijtima Gowa ini. Seluruh upaya harus dilakukan. Petugas dinkes yang terbatas dipaksa maksimal mendata peserta Ijtima yang mencapai 1.600an orang ini.
Samarinda, diduga menjadi daerah dengan jumlah pelaku perjalanan ke Ijtima Gowa terbesar di Kaltim. Dari data Gutas Penanganan Covid-19 Kaltim, data peserta Ijtima asal Samarinda mencapai 200an orang. Namun, belakangan diperkirakan angka sebenarnya mencapai 400an orang.
Berapa sebenarnya jumlah peserta Ijtima asal Kota Tepian, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda, Ismed Kusasih menyebut belum bisa merilis data masyarakat Samarinda yang ikut sebagai peserta Ijtima Asia di Gowa, Sulawesi Selatan. Pasalnya masih banyak versi terkait jumlah itu sehingga pihaknya belum bisa memberi keterangan resmi.
“Jadi data itu sebenarnya banyak, sebab itu saya tidak bisa merilis sekian. Data itu ada dari intel, ada dari Dinas Kesehatan Kaltim. Karena banyak begitu jadi saya bingung,” ucap Ismed saat dikonfirmasi melalui via telepon, Rabu (8/4/2020).
“Banyak versi, kecuali yang menyatakan orang Ijtimanya karena data pasti dari mereka. Misalnya saya punya organisasi pasti saya tahu. Sementara ini masih simpang siur, ada yang mengatakan 200, ada yang mengatakan 150,” sambungnya.
Terkait data milik Dinkes Kaltim yang menyebut Samarinda ada 200 peserta yang mengikuti Ijtima Gowa, Ismed tidak menyangkal, pihaknya bahkan telah melakukan rapid test kepada 97 orang yang memiliki gejala medis dari data tersebut.
“97 orang yang kami rapid test itu hasilnya negatif, sudah sebagian dari mereka yang kami tracing. Ada juga yang di-PDP-kan, karena hasil rapid testnya positif,” katanya.
Bagi mereka yang masuk dalam kategori PDP, yang bersangkutan langsung diisolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 di Samarinda, seperti RSUD I.A. Moeis Samarinda dan RSUD AWS Samarinda.
Namun untuk mereka yang hasil rapid testnya negatif, Ismed menyebutkan 97 orang itu statusnya menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP), sehingga mereka wajib menjalankan isolasi mandiri di rumah.
“Protokolnya tetap 14 hari. Kalau lebih dari itu tidak ada gejala maka status ODPnya sudah gak," tegasnya.
"Pokoknya yang kami tracing kalau ada gejala medis langsung kami rapid test. Untuk tracing kami juga terkendala jumlah petugas yang terbatas," pungkasnya.
Tidak seperti Samarinda yang hanya melakukan tracing ke peserta Ijtima Gowa. Pemkab Kubar justru mengeluarkan kebijakan tegas. Sebanyak 14 orang dari klaster Ijtima Dunia di Gowa, Sulawesi Selatan, dikarantina di Asrama Paskibra Kabupaten Kutai Barat.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Kabupaten Kubar, Yacob Tulur dalam konferensi pers yang digelar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Senin (6/4/2020) sore.
Yacob menjelaskan, Klaster Ijtima Gowa yang sudah dikarantina dari tanggal 5 April sebanyak 14 orang, dari Kecamatan Melak 13 orang, dan dari kecamatan Sekolaq Darat 1 orang.
"Semoga proses karantina ini lancar dan teman-teman yang dikarantina segera selesai dan dapat kembali ke masyarakat," harapnya.
Ia menambahkan, lokasi karantina akan dijaga aparat dari Polres Kubar, Kodim 0912 Kubar, dan Satpol PP serta BPBD. Juga diawasi oleh tenaga kesehatan. "Oleh karena itu, semoga hasil yang diisolasi di Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar nantinya negatif, karena itu akan menentukan yang dikarantina ini, karena mereka bersama-sama satu klaster, kita tetap menunggu hasil swab dari Surabaya," tutur Yacob.
Redaksi Diksi.co pun mencoba mengkonfirmasi, berapa jumlah pasti peserta Ijtima Gowa, asal Bumi Mulawarman ke Dinas Kesehatan Kaltim.
Andi Muhammad Ishak, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, menyebut pihaknya belum menerima data menyeluruh hasil tracing peserta Ijtima dari kabupaten/kota. Bahkan, bukan 1.642 orang jumlah data milik Dinkes Kaltim, tapu hanya berjumlah 700an orang.
Meski kurang dari separuh, pihaknya akan terus melakukan tracing terhadap peserta Ijtima yang belum melaporkan diri.
"Data yang kami miliki hanya 700an orang peserta. Kami juga belum mengetahui data persis berapa orang sebenarnya warga Kaltim yang sudah berada di Gowa," ungkap Andi.
Dari info sementara 700an warga Kaltim yang menjadi peserta Ijtima, dinas kesehatan kabupaten/kota hingga kini baru bisa mendata sekitar 653 pelaku perjalanan. Sisanya, masih diupayakan untuk didata.
Berikut hasil tracing peserta Ijtima Gowa di Kaltim.
Terkait data yang simpang siur itu, Pokja 30 memberi tanggapannya.
Buyung Marajo, Koordinator Pokja 30 menyampaikan, seharusnya masyarakat diberikan informasi data yang tepat.
Bila kemudian terjadi banyak versi terkait data jumlah yang berhubungan klaster Covid-19, hal ini kemudian justru menimbulkan pertanyaan publik.
“Artinya secara koordinasi dalam penanganan ini, baik secara data informasi atau apapun itu patut dipertanyakan. Bisa saja di Kaltim yang terungkap lebih dari data. Mestinya masyarakat itu diinformasi berdasarkan satu informasi yang terbangun dari keseriusan dalam berkoordinasi,” ungkap Buyung.
Kucing-kucingan dengan Peserta Ijtima
Dari 700an data peserta Ijtima Gowa asal Kaltim, sebagai klaim Dinkes Kaltim, ada 653 yang telah berhasil ditracing.
Andi Ishak menyatakan angka itu sudah maksimal dari hasil tracing yang dilakukan dinkes kabupaten/kota pada periode tengah minggu keempat Maret hingga jelang pertengahan April ini.
Dirinya menyebut, dinkes tidak bisa bergerak sendiri dalam melakukan tracing. Perlu bantuan dari berbagai pihak guna mendapatkan keseluruhan data peserta, sehingga penyebaran Covid-19 ditekan semaksimal mungkin.
"Kami mendorong kabupaten/kota bekerjasama dengan gugus tugas melibatkan semua komponen, aparat pemerintahan, aparat desa, hingga ke RT. Karena mereka yang tahu penduduk di wilayahnya. Harus melakukan kolaborasi," kata Andi.
Kendala yang dihadapi adalah, karena berhadapan dengan satu golongan masyarakat, sehingga kadang banyak dari mereka yang enggan melaporkan diri ke petugas kesehatan maupun call center Covid-19, yang sudah disiapkan.
"Tidak mau melapor dan keterbukaan warga. Kami mau menggali kadang-kadang tidak mau menyampaikan secara rinci siapa saja yang berangkat ke Ijtima Gowa," jelasnya.