“Pada saat momentum itu sendiri memang sering diberikan bantuan-bantuan, baik bantuan sembako dan terutama beasiswa santri sampai dengan kuliah,” jelasnya.
Namun ia mengungkapkan, program Kukar Berkah di desanya sendiri belum berjalan akibat keterbatasan sumber daya manusia.
“Jadi sebenarnya program dari kabupaten ini kita harus jemput bola. Bukan dari kabupaten yang datang, tetapi dari sini kita harus mengajukan ke kabupaten,” jelasnya.
Ia mengaku, di Desa Perangat Selatan sebenarnya sudah ada yang mendapatkan bantuan yakni Pondok Pesantren Nurul Jadid menerima Rp100 juta pada tahun lalu.
Namun, menurutnya implementasinya di pondok dinilai kurang maksimal.
Sarkono pun berharap, ke depan masyarakat bisa lebih tahu dan mengerti bahwa program-program baik beasiswa untuk santri dan lain-lain di Kukar itu sangat luas.
“Mungkin ada keterbatasan informasi atau mereka itu enggan mengurus,” pungkasnya. (adv)