"Nah, saya lihat di dinding itu sudah merah. Rumah saya itu kan dekat saja. Kamar saya sama rumahnya itu. Jadi keliatan kok ada cahaya. Saya bilang kok mati kampu di sini aja, di luar masih nyala. Keluar lah saya, teranyata api sudah jadi," beber Tati.
Lanjut Tati, listrik antara kediamannya dengan rumah korban masih dalam satu instalasi listrik. Kobaran api malam itu menghanguskan tiga bangunan yang terdiri dari dua rumah tunggal dan satu rumah bangsal tiga pintu yang cuman dihuni keluarga korban.
"Saat itu saya langsung gedor dinding kamarnya karena sebelahan saja sama dapur tapi engga bangun-bangun. Jadi saya mutar ke pintu depan. Saya dobrak, karena cuma plywood (pintunya) saja jadi terbuka. Cuma anaknya cowo saja yang di ruang tamu. Sisanya di dalam kamar," bebernya.
Melihat api dengan cepat menjalar bangunan berbahan kayu itu, kepanikan Tati semakin menjadi.
Suara teriakannya pun semakin lantang untuk membangunkan keluarga Febi. Ketika terbangun, mereka semua bergegas keluar dan menerobos kobaran api hingga menyebabkan mereka sekeluarga mengalami luka bakar dan Febi meregang nyawa.
"Yang bayi usia 6 bulan itu anak saya yang keluarkan. Bayi itu sama mamaknya. Sempat jatuh di depan pintu, anak saya yang bantu ambil bayi," sambungnya.
Terpisah, Kapolsek Sungai Pinang AKP Rengga Puspa Saputro menyebut dugaan penyebab kebakaran masih belum diketahui pasti dan masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
"Tim inafis Polresta juga sudah turun. Api diduga dari arah dapur, apakah ini karena korsleting listrik atau lupa mematikan kompor, kami belum tahu pasti. Tapi kalau unsur kesengajaan tidak ada. Dan masih masih terus melakukan penyelidikan sampai saat ini," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)