Kalau dirata-rata, kata Darwis, dalam dua hari biasa ia dengan rekan seprofesinya mengantongi Rp300 ribu. Berarti, normalnya dalam sehari mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp150 ribu. Tapi, itu pun tak menentu. Tergantung aktivitas bongkar muat yang menggunakan jasa mereka.
"Ya engga tentu, kadang di atas kadang di bawah itu pendapatan kami," terangnya.
Turunnya pendapatan para buruh ini rupanya telah terasa sejak awal merebaknya isu Covid-19 di Kota Tepian.
"Sejak kemarin-kemarin ya pendapatan sudah mulai menurun. Apalagi sekarang engga ada penumpang berarti yang pakai jasa kami juga berkurang," imbuhnya seraya menatap bentang Sungai Mahakam.
Dirinya berharap agar pelabuhan masih dapat beraktivitas seperti biasanya. Paling tidak, ada aktivitas bongkar muat. Hanya tenaga sebagai buruh angkut saja yang selama ini memenuhi keperluan sehari-harinya.
"Harapannya saya bisa jalan seperti semula, kalau tidak kami yang terdampak paling besar," tutupnya. (tim redaksi Diksi)