Kristen Senter juga Terbengkalai
Tak berhenti sampai di situ, pantauan rombongan "Journalis Touring to Kubar" di kabupaten yang resmi mandiri sejak 1999 dengan 160 desanya itu juga menemukan polemik permasalahan lainnya. Berbeda dengan tiga proyek multiyears mangkrak yang disebutkan di atas, kali ini permasalahan justru terjadi setelah proyek selesai dirampungkan.
Proyek tersebut adalah Gedung Kristian Senter yang beralamat di Desa Belempung Ulaq, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat. Data dihimpun, pembangunan Gedung Kristen Senter itu dilakukan pada 2012 silam dengan serapan anggaran Rp. 50.700.400.000 Miliar.
FOTO: Gedung Kristen Senter yang rampung dibangun namun tak kunjung digunakan, kini bernasib tak jauh berbeda dengan proyek lainnya di Bumi Sendawar
Meski sempat tersandung kasus hukum pada 2019 silam, namun pada 2020 penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Kutai Barat mengumunkan penghentian sebab dalam proses penyidikan tidak ditemukan peristiwa pidana.
“Ini yang juga menjadi perhatian kami. Sudah jelas gedung ini selesai dibangun, dan Kejari menghentikan penyidikannya dengan terbitnya SP3. Tapi hingga saat ini (2022) bangunan itu (Kristen Senter) tak kunjung digunakan dan dibiarkan terbengkalai begitu saja,” kata Hertin Ketua LSM FAKTA Kutai Barat.
Ismail Thomas Angkat Bicara
Permasalahan keempat proyek yang telah disebutkan di atas tentu menjadi sumber kekecewaan masyarakat Kutai Barat. Dengan besarnya anggaran yang telah digelontorkan setiap tahunnya itu, ternyata tak menjamin pengerjaan cepat dilakukan.
Coba dikonfirmasi oleh rombongan "Journalis Touring to Kubar" mantan orang nomor satu di Bumi Sendawar, Ismail Thomas yang kini menjabat sebagai Anggota DPR RI pun akhirnya angkat bicara. Kepada awak media, Ismail mengakui sejumlah proyek multiyears di era pemerintahannya itu kini tidak jelas penyelesaiannya. Dia pun kembali menyinggung silpa yang dihasilkan pemerintahan saat ini.
"Itu kan (silpa) bukan prestasi, harusnya anggaran yang diberikan pusat itu digunakan untuk membangun, tapi ini tidak malah jadi simpanan," ungkap Ismael.
Tak berhenti, Ismail pun turut membeberkan diakhir masa jabatannya 2015-2016 lalu, dirinya telah menganggarkan untuk kelanjutan proyek Jalan Bung Karno sebesar Rp 114.326.203.997,95.
"Dengan rincian 2012 sebesar Rp 70 miliar, 2013 Rp 125 miliar, 2014 Rp 136 miliar, 2015 Rp 136 milir. Dan yang terakhir saat transisi saya anggarkan Rp 114 miliar. Tapi saya tidak tahu dialihkan ke mana, padahal peruntukannya sudah jelas," terang Ismail.
Begitu pula dengan Pelabuhan Royoq dan Jembatan ATJ. Ismael menegaskan juga telah menyisihkan anggaran tahun selanjutnya untuk penyelesaian kedua mega proyek tersebut.
“Tidak tahu mengapa, anggaran sudah ada, tapi tidak dikerjakan pemerintah setelah saya. Anggaran ada tapi amanah APBD tidak dilaksanakan,” jelas Ismail Thomas.
Sebagai mantan orang nomor satu yang juga merupakan putra asli Bumi Sendawar, Ismail Thomas sangat berharap agar sejumlah mega proyek yang mampu merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat Kutai Barat itu bisa secepatnya dirampungkan.
“Harus diselesaikan lah. Karena yang besar dua proyek itu, yakni Jalan Bung Karno itu sudah dianggarkan juga kenapa tidak dikerjakan sampai sekarang. Alasannya defisit. Tapi setelah dihitung ada silpa semua. Artinya ada surplus anggaran. Silpa 2016 itu Rp 227 Miliar. Silpa 2017 saya nda ingat lagi, yang jelas sampai 2020 ada Rp 1,8 Triliun,” pungkasnya.
(redaksi)