Orang Aceh yang menolong para pengungsi Rohingya ini memiliki sejarah konflik sendiri, yaitu pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka terhadap Pemerintah Indonesia yang terjadi antara tahun 1976 dan 2005.
Selama konflik tersebut, sebagian orang Aceh melarikan diri sebagai pengungsi ke negara-negara tetangga termasuk Malaysia dan Australia.
Pemberontakan GAM berakhir setelah bencana tsunami 2004 yang menghancurkan wilayah itu.
"Mungkin karena orang Aceh sendiri pernah menderita di masa sebelumnya, harus melarikan diri dari konflik dan karena tsunami," ujar Rima dari Yayasan Geutanyoe.
Namun ia mengatakan kapasitas masyarakat Aceh untuk menampung para pengungsi juga terbatas.
"Pada akhirnya, rakyat Aceh menginginkan ASEAN turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan ini bersama-sama," ujarnya.
"Kami bukan masyarakat yang kaya-raya," tambahnya.
Malaysia sebelumnya telah mengizinkan pengungsi Rohingya datang dengan perahu dari Bangladesh atau Myanmar, tapi sejak April lalu, Pemerintah negara itu menolak sebuah perahu yang membawa sekitar 200 pengungsi karena kekhawatiran soal COVID-19.