DIKSI.CO, SAMARINDA - Kendala serius kini dialami petani yang tergabung dalam kelompok tani Harapan Baru di Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan.
Salah satunya yakni naiknya harga pupuk belakangan ini. Pupuk Urea yang biasanya dibeli petani dengan harga Rp 90 ribu per karungnya, saat ini naik menjadi Rp 112.000 per karung.
Untuk memenuhi kebutuhan sawahnya, petani mengaku tidak bisa membatasi atau mengurangi jumlah pembelian pupuk.
Oleh karena itu, mereka terpaksa menerima margin keuntungan dari hasil panen yang berkurang dari biasanya.
“Untuk sekarang kita masih bisa beli, tidak bisa dikurangi karena itu (pupuk) kebutuhan utama, jadi mau tidak mau beli dengan harga segitu,” kata Mat Kosim, Ketua Kelompok Tani Harapan Baru.
Pria yang kerap disapa pak Hulup itu tidak bisa menyebutkan secara pasti berapa keuntungan yang berkurang dari hasil panennya karena padi mereka baru memasuki masa panen pertama tahun ini.
Namun ia memastikan dengan bertambahnya biaya pupuk, maka pasti ada keuntungan dari hasil panen yang berkurang.
“Ya saat ini masih ada subsidi dari pemerintah, harga Rp 112 ribu itu sudah subsidi, kalau tidak subsidi mungkin lebih mahal lagi,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Samarinda, Endang Liansyah memastikan kondisi saat ini petani masih tidak kesulitan mendapatkan pupuk kendati harganya naik.
Beberapa upaya dari pemerintah dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut, misalnya dengan memberikan subsidi pupuk kepada petani.
“Memang kita tidak bisa bantu maksimal, secukupnya saja, seperti kapur dan pupuk MPK kita bantu,” bebernya.
Disinggung mengenai kenaikan harga pupuk, Endang juga belum bisa mengidentifikasi mengapa bisa harga pupuk akhir-akhir ini naik. Karena hal itu terjadi hampir di semua jenis pabrik pupuk di Indonesia.
“Naiknya kan baru dari Desember 2021 kemarin, untuk saat ini masih bisa terkendali kalau kenaikannya tidak berlanjut seterusnya, maka saat ini kita subsisdi,” pungkasnya. (tim redaksi Diksi)