DIKSI.CO, SAMARINDA - Pergeseran tanah di bawah Jembatan Mahkota II segmen Palaran tepatnya di lokasi proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Kalhol pada akhir April lalu masih terus terjadi.
Akses vital yang menghubungkan dua kecamatan di Samarinda ini sejatinya terus dilakukan penanganan. Namun demikian, penanganan sejauh ini yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) selaku kontraktor pelaksana pembangunan IPA Kalhol masih bersifat jangka pendek.
Genap sebulan pasca penanganan jangka pendek, rupanya penanganan jangka panjang akan segera dimulai. Rensi selaku penanggungjawab proyek pembangunan IPA Kalhol, PT Nindya Karya mengatakan jika analisa data primer untuk menentukan metode pelaksanaan telah selesai.
"Kalau untuk perkembangan sih sudah ada tapi untuk desain (penanganan longsor) sih belum," kata Rensi saat dikonfirmasi Minggu (6/6/2021) sore tadi.
Hasil keputusan desain yang digunakan akan kembali dirembukan dengan pihak Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kaltim (BPPWK). Jika telah mendapatkan hasil, baru lah penganan jangka panjang dimulai.
"Ini kan jangka panjang jadi kami koordinasikan lagi dengan Cipta Karya dan BPPWK, kan nanti yang penangan itu Cipta Karya juga," imbuhnya.
Desain yang digunakan dalam penanganan abrasi harus dapat melindungi tiga sisi. Lanjut Rensi, mulai dari sisi banguan milik BPPWK, lokasi pembangunan IPA Kalhol, hingga sisi Jembatan Mahkota II.
"Ini masih dihitung apakah treatment-nya sama atau ada yang beda. Harapannya seminggu kemudian setelah asistensi desain ini dapat keputusanya setelah itu baru melakukan penganannya," lanjutnya.
Disinggung terkait pergerakan tanah pasca abrasi, Rensi mengatakan jika setelah menggunakan penanganan jangka pendek, pergerakan tanah semakin berkurang.
"Dulu sehabis kejadian kan di lokasi proyek IPA Kalhol itu kan (tanah) gerak terus tapi setelah gunakan gunakan metode cerucuk galam itu sudah berkurang," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)