Meski demikian, dari keterangan yang dihimpun petugas di tempat kejadian perkara (TKP), pembantaian ini dimulai dari pertengkaran antara Joni dan Iknasius, ayahnya.
“Dia (Joni) kemudian ke rumahnya dan mengambil parang. Istrinya sempat berusaha menghalangi namun jadi korban juga,” terangnya.
Niat baik sang istri rupanya tak membuat Joni sadar. Dia sudah gelap mata oleh amarahnya.
Parang panjang dalam genggamannya itu kemudian diayunkan ke arah istrinya. Delviana tak bisa berbuat banyak selain teriak kesakitan.
Jemari kirinya nyaris terpisah karena bacokan parang, pun demikian dengan telapak tangan kanannya.
Polisi menduga korban berusaha bertahan dengan kedua tangannya. Dan dari semua luka paling parah di bagian kepalanya.
Persisnya pipi sebelah kanan itu terkoyak. Setelahnya Joni langsung menuju lokasi ayahnya.
“Setelah kejadian tersebut, korban lari ke dalam gedung GBI (Gereja Bethany Indonesia) meminta pertolongan. Saksi lain bernama Foneke kemudian meminta dua temannya membawa korban ke puskesmas dan segera melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi,” jelas perwira balok tiga ini.
Tak ada yang tahu detail kejadian setelah Joni membawa parang panjang itu bertemu dengan ayahnya.