"85,3 persen kasus malaria adalah orang yang bekerja di sektor kehutanan dan perkebunan," kata Setyo, dikonfirmasi Senin (25/7/2022).
"73 persen kasus malaria berada di perbatasan kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, dan Kutai Barat," lanjutnya.
Penanganan masalah penyakit malaria, diakui Setyo mengalami banyak kendala, salah satunya screening malaria belum berjalan maksimal.
"Kami berupaya memfasilitasi kegiatan screening malaria bagi pekerja yang datang ke wilayah endemis, serta masuk dan keluar hutan," tegasnya.
Selain itu menurutnya, posko malaria hutan belum berjalan maksimal, lantaran terkendala sumber daya yang belum memadai.
"Membantu dalam hal penyediaan alat deteksi malaria cepat (RDT) dan obat-obatan," pungkas Setyo. (ADV/Kominfo Kaltim)