“Kami harus adaptasi dengan iklim, sehingga kami mempunyai inisiatif dan inovasi bagaimana memanfaatkan lahan pertanian diatas permukaan air untuk tetap bisa ditanami tanaman produktif demi menjaga ketahanan pangan,” ujar Rianto saat mendampingi petani dalam melakukan tanam padi apung di di Desa Muara Enggelam, Selasa (27/10/2020) lalu.
Perbedaan padi tersebut dengan padi lain, menurut Rianto, terletak pada media tanam dan cara memanennya.
Bila padi lain ditanam di tanah sawah, maka padi apung ditanam di atas rakit dengan media tanam menggunakan cara tanam sri,tabeta dan tanam pindah dan menggunakan bibit padi serai kuning yang merupakan bibit lokal Kukar merupakan persilangan padi serai dengan propot.
Rakit difungsikan sebagai lahan peletakan media tanam agar menjadi terapung dan tidak terpengaruh oleh ketinggian air saat banjir.
“Perbedaan lainnya pada saat panen, tanaman padi yang baru disabit tidak bisa langsung dirontokkan di tempat tersebut, akan tetapi harus dibawa ke darat. Padi Apung ini dalam jangka waktu 100 hingga 120 hari bisa dipanen,” ujarnya. (advertorial)