“Waktu itu pasien di depan (kamar) saya meninggal. Saya sampai 1 malam tak bisa tidur. Saya juga baca grup-grup yang berita negative. Saya tambah stress. Akhirnya saya putuskan untuk grup-grup negative, saya tak buka dulu,” katanya.
Situasi mental down itu, berlangsung sejak hari pertama hingga 2 hari diisolasi. Tetapi, kemudian Rubiati sadar. Terus menerus murung dan tak ada semangat, bukan jalan keluar dari masalah.
“Saya motivasi diri sendiri. Saya tak mau mati sebagai pasien Corona. Saya kuatkan diri. Baca buku, baca Al-qur’an. Saya banyakin dzikir,” ujarnya.
Tak hanya upayakan berpikir positif, Rubiati kemudian pelan-pelan mulai lakukan aktivitas gerak. Senam dengan melihat video di You Tube ia lakukan.
“Saya senam sendiri di kamar. Lihat You Tube. Bahkan, kadang saya bantu suster ngepel. Kan kasian mereka ngepel dengan baju tertutup,” ujarnya.
Ia pun terus tanamkan pikiran positif dalam diri. Hal itu pula yang ia sarankan, bisa dilakukan pasien-pasien positif corona saat ini.
“Saya yakinkan diri, bahwa ini hanya ujian. Tuhan tak akan beri ujian kepada hambanya yang tak mampu hadapi. Jadi, saya berpikir, bahwa saya dipilih untuk hadapi ujian ini. Kalau saya lolos, maka saya naik kelas. Itu yang saya tanamkan. Bahkan, ketika ada pasien baru yang datang, saya juga terus sampaikan itu. Agar mereka tidak down dan merasa ini akhir dari segalanya,” kata Rubiati.