Sabtu, 6 Juli 2024

Cerita Luri Estyani, Petugas Evakuasi PDP Covid-19 di Samarinda: Ini Panggilan Hati

Koresponden:
diksi redaksi
Selasa, 21 April 2020 8:19

Luri Estyani, petugas wanita BPBD Samarinda (kenakan helmet APD)/ IST

Saat proses menjemput pasien, waktu yang dibutuhkan kadang tidak tentu. Jika waktunya lama, di situlah ujian mental bagi tim evakuasi

Baju APD yang terpasang tentu menyiksa. Namun hanya dengan cara itu, potensi tertular menjadi sangat kecil.

“Setelah penjemputan selesai, saya harus lepas perlahan-lahan supaya tidak ada kebocoran, memastikan mereka tidak menyentuh apapun,” kata Yuri.

Prosesnya hampir mirip dengan pemasangan, hanya saja harus ada tahap sterilisasi di setiap tahapan pelepasan APD. Hal ini untuk memastikan tidak ada virus yang menempel.

“Begitu datang kita semprot sanitizer, buka jas hujan semprot lagi, buka hazmat semprot lagi, buka lateks juga disemprot lagi, buka handskun semprot lagi,” papar Yuri.

Seluruh pakaian pelindung yang mereka kenakan langsung dikumpulkan dan dibakar saat itu juga. Tidak boleh ada barang yang dibawa kembali ke markas BPBD Kota Samarinda

Luri Estyani, petugas wanita BPBD Samarinda (kenakan helmet APD)

The Only Woman 

Sebagai informasi, untuk mengantisipasi penularan Covid-19, BPBD Kota Samarinda membentuk tim khusus yang bertugas mengevakuasi pasien Covid-19. Tim ini terdiri dari tujuh orang. Salah satunya adalah , Luri Estyani Syarifuddin.

Dia perempuan satu-satunya di tim evakuasi yang harus siap selama 24 jam. Tak ada waktu untuk bersantai selama masa pandemi Covid-19 masih berlangsung.

“Tugas tim ini itu ada tiga, penyemprotan disinfektan, patroli untuk imbauan, dan evakuasi,” kata Luri.

Tugas utamanya tentu saja mengevakuasi pasien Covid-19 untuk dibawa ke rumah sakit atau ke tempat karantina lainnya. Jika ada pasien meninggal dan harus dikubur sesuai protokol Covid-19, Lurid an rekan-rekannya yang melaksanakan penguburan.

“Jika tidak ada evakuasi, tugas harian kami itu penyemprotan disinfektan dan patrol rutin memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak berkumpul di café atau warung kopi,” katanya.

Dari ketujuh orang ini, empat orang bertugas mengevakuasi pasien hingga ke dalam rumah. Dua petugas lainnya membantu perlengkapan evakuasi dan memasangkan APD. Sedangkan satu orang bertugas sebagai helper.

“Tim evakuasi yang bersentuhan langsung dengan pasien, saya juga yang terakhir bersentuhan dengan tim evakuasi. Perlengkapan sudah saya siapkan duluan, sampai melepas juga saya dan mensterilkan perlengkapan itu,” ujarnya.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews