Parlindungan mengatakan jika setelah dilakukan rapid test massal ke semua masyarakat di Balikpapan dan ditemukan hasilnya ada yang reaktif, pemerintah hanya tinggal mengawasi warga yang reaktif tersebut.
Selain dinilai lebih efektif, biaya rapid test juga terbilang cukup murah untuk seluruh jiwa yang ada di Balikpapan, dengan harga kisaran rapid test hanya Rp 70 ribu.
"Jika Rp 70 ribu dikali dengan jumlah warga di Balikpapan anggap saja 1 juta jiwa, tentunya hanya membutuhkan anggaran Rp 70 Miliar untuk membeli," ujarnya.
Ia juga menilai hal ini baik dilakukan agar dapat menekan angka anggaran terlebih ditengah pandemi Covid-19, perekonomian Balikpapan yang sedang menurun.
"Daripada menghabiskan anggaran ratusan miliar, ekonomi di Balikpapan tidak bergerak, mending menghabiskan Rp 70 Miliar untuk membeli alatnya, kemudian lakukan rapid test semua warga di Balikpapan, hanya tinggal mengawasi yang reaktif saja," pungkasnya. (advertorial)