DIKSI CO, SAMARINDA - Gempuran vaksinasi pelajar kembali menyerbu Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Senin (15/11/2021).
Sebanyak 3000 dosis vaksin tahap pertama berjenis Pfizer diberikan kepada siswa-siswi dari 15 sekolah yang tersebar di Kecamatan Loa Janan Ilir. Kegiatan berpusat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8.
Vaksinasi dimulai pukul 08.00 WITA dengan dibantu oleh 10 tenaga kesehatan dari beberapa Puskesmas dan klinik swasta.
Ketua penyelenggara vaksinasi yang juga Kepala Sekolah SMPN 36, Tuti Susandra Dewi menuturkan, vaksinasi pelajar kali ini bekerjasama dengan Badan Intelejen Negara (BIN) Daerah Kaltim, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim.
Peran BIN Kaltim dalam mendorong percepatan vaksinasi pelajar dinilai Tuti sapaannya, sangat membantu.
"Alhamdulillah kami dibantu oleh BIN (Kaltim). Di Loa Janan Ilir sudah 2 kali dibantu, pertama itu di SMP N 36 sebanyak 500. Sangat terbantu," ungkapnya saat diwawancara awak media.
3000 dosis vaksin ditargetkan selesai dalam satu kali pelaksanaan.
"3000 sampai selesai hari ini juga," imbuhnya.
Dengan masifnya vaksinasi Covid-19 untuk pelajar tingkat SMA/SMK di Samarinda, Tuti berharap pembelajaran tatap muka (PTM) bisa segera dilakukan.
"Kami berharap kita bisa tatap muka, karena tidak hanya guru-guru yang kesulitan mengajar online tapi para orang tua juga," ucapnya.
Terpisah, tim redaksi Diksi pun sempat berbincang singkat dengan salah satu pelajar yang mendapat dosis vaksin.
Marshanda, siswi kelas 12 SMKN 14 Palaran mengaku merasakan pegal dibangun tangan setelah di suntik vaksin.
"Ngilu sih, tangannya juga sedikit kaku. Tapi biasa saja," katanya.
Marshanda pun mengaku sangat antusias mengikuti vaksinasi. Sebab dirinya ingin PTM segera dilaksanakan.
"Harapannya bisa tatap muka. Soalnya kesulitan juga belajar online," ucapnya.
Marshanda mengaku saat pembelajaran berlangsung dirinya kerap mendapat kendala. Salah satunya kendala jaringan internet.
"Kadang jaringan jelek. Paket datanya juga harus selalu beli. Jadi uangnya kurang ada," ungkapnya. (tim redaksi Diksi)