Jumat, 22 November 2024

Ekonomi Sulit, Pasutri di Samarinda Nekat Edarkan Upal

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Kamis, 17 Desember 2020 8:57

FOTO : Kapolsek Sungai Pinang, AKP Rengga Puspo Saputro saat merilis hasil ungkapan kasus peredaran uang palsu di Samarinda yang dilakukan pasutri/Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Sepasang suami istri (Pasutri) bernama Iwan (43) dan Suwarni (42) kini tak lagi bisa merasakan hangatnya rumah tangga. Sebab sejoli ini harus mendekam di dalam kurungan sel tahanan polisi akibat melakukan tindak pidana peredaran uang palsu (Upal

Demi meraih untung, pasutri ini tak lagi memikirkan penderitaan warga Samarinda lainnya. Terlebih mengingat kondisi saat ini dalam gempuran masa pagebluk dan sulitnya perekonomian. Keduanya menyasar para pedagang kecil untuk mengedarkan upal mereka. 

Informasi diterima, pelaku memproduksi upal menggunakan printer yang dilengkapi pemindai warna. Di dalam kamar indekosnya, Jalan M Yamin, Gang 1, Samarinda Ulu, lembar demi lembar upal dicetak. Selain Iwan dan Suwarni, satu rekannya, sebut saja Gepeng, juga turut membantu. 

Mula-mula, empat uang kertas dijejer rapi di mesin printer. Setelah dipindai, barulah dicetak dan dipotong sesuai ukuran mata uang. 

"Belajarnya dari teman di dalam Lapas (lembaga pemasyarakatan). Saya kenal dengan istri saya juga pas di penjara, setelah itu baru tinggal bersama," kata Iwan yang ditemui di Polsek Sungai Pinang Kamis  (17/12/2020) siang tadi. 

Menggunakan kertas tulis pada umumnya, ketiganya mencetak dua pecahan mata uang. Yakni, pecahan Rp100 ribu dan Rp20 ribu. Setidaknya, selama sebulan beroperasi lebih dari 700 lembar upal dicetak. Agar tak gampang diketahui saat dibelanjakan, ketiganya mengedarkan upal ke para pedagang yang berada di kawasan pinggiran Kota Tepian. Tepatnya di Jalan Poros Samarinda-Bontang.

"Beli kebutuhan sehari-hari, makan atau rokok. Saya tidak pernah memaksa penjual, tapi mereka terima saja. Yang belanja saya saja, istri cuman ikut," ucap Iwan. 

Lanjut Iwan, dirinya nekat melakukan peredaran upal sebab himpitan ekonomi. Pria yang pernah terjerat kasus narkotika ini pun akhirnya mengambil jalan pintas. Terlebih dirinya tidak mengenyam pendidikan formal membuat perantau asal Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) ini susah mencari pekerjaan setelah bebas dari jeratan bui pada Maret lalu. 

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews