“Kita bagi dua, saya yang buat perahu, menghaluskannya, setelah itu, kalau sudah jadi tinggal istri yang mengecat perahunya,” jelasnya.
Ia juga mengatakan untuk jenis kayu yang digunakan merupakan jenis Meranti. Selain harganya yang cukup terjangkau, kayu tersebut juga sangat awet.
“Saya pakai jenis kayu Meranti untuk membuat perahu tradisional, kayunya itu saya pesan dari Muara Muntai,” ungkapnya.
Dalam proses pembuatan perahu tradisional, Rustam tetap menjaga kualitasnya. Hal ini ia lakukan agar para pelanggan tidak kecewa saat menggunakan perahu buatannya.
“Agar perahu itu bagus kayunya terlebih dahulu saya jemur, setelah itu tinggal perawatannya aja yang harus dijaga. Seperti dua bulan sekali perahu harus dicat ulang,” terangnya.
Perahu gubang buatan Rustam dan sang istri pun dibanderol dengan harga yang bervariasi, mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal.
Ia mematok harga paling murah Rp 1.850.000 sampai yang paling mahal Rp 6.000.000, tergantung dari panjangnya pendeknya perahu yang dipesan.
“Untuk harga saya mematok dari panjangnya perahu, kalau yang panjangnya 4 meter saya kasih Rp 2.000.000 atau bisa kurang dikit jadi Rp 1.850.000, terus yang 6 meter Rp 2.500.000 dan yang 8 meter Rp 6.000.000,” urainya.