DIKSI.CO, SAMARINDA - Tim SAR (Search and Resque) dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Kaltimtara, resmi menghentikan pencarian balita Rafa Ibrahim Hadiyanto (3) yang diduga hanyut dialiran anak Sungai Karang Mumus (SKM) di Jalan Jelawat Gang Mosi, kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir.
Balita Raffa yang merupakan pasangan dari Irian Hadiyanto (36) dan Risa Umami (35) dikabarkan menghilang sejak Kamis pagi (3/9/2020) lalu.
Namun hingga di hari ketujuh pencariannya tim SAR gabungan jua tak menemukan tubuh mungil bocah malang tersebut.
"Tepat hari ini, adalah pencarian di hari ke tujuh. Karena tak berhasil ditemukan, operasi pencarian ditutup, sesuai dengan aturan Undang-Undang 29 tahun 2014 dimana maksimal pencarian selama tujuh hari," ungkap Kepala Operasi Basarnas Kaltim dan Kaltara Octavianto kepada media ini Kamis (10/9/2020) sore tadi.
Di hari ketujuh pencarian ini, Basarnas berserta Tim SAR Gabungan lainnya, kembali melakukan penyisiran sejak pukul 06.00 Wita pagi.
Penyisiran dilakukan hingga radius 20 kilometer dari titik korban diduga hilang tenggelam.
Penyisiran ini menggunakan tiga unit rubber boat milik Basarnas dan satu unit speed boat milik Satuan Polairud Polresta Samarinda.
Dengan melibatkan hingga 80 orang tergabung dari tim Basarnas, jajaran kepolisian hingga ragam unsur relawan.
"Seluruhnya telah turut membantu selama pencarian tujuh hari ini," ucapnya.
Pencarian dihentikan pada pukul 18.00 Wita, Kamis sore, tanpa membuahkan hasil alias nihil.
Upaya pencarian yang telah dilakukan, kemudian telah dilaporkan kepada pihak keluarga korban. Operasi pencarian pun kini telah ditutup.
"Meski operasi pencarian di tutup, namun secara pasif kita laksanakan pemantauan. Jika ditemukan korban, maka kami akan bantu lakukan evakuasi," terangnya.
Octa sapaan karibnya, menerangkan kendala selama pencarian yang telah dilakukan. Tim SAR mengalami kesulitan untuk melakukan upaya penyelaman, lantaran visibiliti atau jarak pandang didalam aliran sungai berada diangka nol.
Ditambah lagi arus yang cukup deras, sehingga pencarian lebih diupayakan dengan penyisiran dari atas permukaan. Selain itu Tim SAR juga menemukan adanya habitat buaya yang ada di perairan Sungai Mahakam.
Sehingga harus lebih ekstra hati-hati saat melakukan penyisiran.
"Selain itu cuaca juga hujan terus, dan ada habitat hewan liar disana. Tapi yang paling bahaya adalah kondisi sungai cukup mempengaruhi pencarian. Kita tidak bisa melakukan penyelaman karena cukup membahayakan tim pencarian," urainya.
Lanjut Octa mengatakan, pihaknya telah maksimal melakukan pencarian, namun yang sedikit menyulitkan adalah jasad korban tak kunjung timbul ke permukaan.
"Biasanya dalam tiga hari pencarian, tubuh manusia akan timbul ke permukaan. Tapi hingga saat ini korban juga belum timbul. Jadi sesuai pelaksanaan pencarian selama tujuh hari, maka korban dengan ini dinyatakan menghilang," ucapnya.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan korban tak timbul kepermukaan. Namun bisa saja hilangnya korban karena disebabkan hal lainnya. Bukan karena tenggelam.
Pasalnya saat dinyatakan menghilang, tak ada satu pun yang melihat secara langsung korban tercebur dan terseret arus di anak SKM.
"Tidak menutup kemungkinan korban bukan hanya hanyut tenggelam, bisa saja hal yang lain. Tetapi itu ada diranah polisi. Setelah ditutupnnya pencarian ini, kita akan berkoordinasi dengan kepolisian," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)