DIKSI.CO, SAMARINDA - Jumat (3/4/2020) Diksi.co kembali mengunjungi Balai Latihan Kerja (BLK) Samarinda yang beralamat di Jalan Untung Suropati, Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Dari gerbang masuk tampak petugas keamanan berseragam lengkap menggunakan sepatu laras dan helm khusus, serta dilengkapi alat pelindung diri (APD) berupa masker, yang berjaga ketat di depan pintu masuk.
Satu per satu orang yang masuk harus melalui tahap pemeriksaan. Awak media pun tak luput dari pemeriksaan. Suhu tubuh diperiksa menggunakan alat detektor (Termo Gun), setelah itu petugas mengarahkan satu per satu orang untuk masuk ke dalam tempat penyemprotan disinfektan sebelum dapat masuk ke area balai latihan.
"Biar aman dari virus corona," ucap satpam yang amat sangat ramah kepada pengunjung BLK.
Usai melakukan rangkaian prosedur keamanan, Diksi.co pun diperkenankan masuk untuk menemui kepala BLK Andri Susila di ruang kerjanya. Namun, setibanya di ruang kerja, yang bersangkutan (Andri Susila) tak berada di ruangan.
Salah seorang yang nampaknya bekerja sebagai cleaning service memberitahu bahwa pimpinannya berada di gedung produksi masker.
"Pak Andri gak ada di ruangan mas, beliau di gedung produksi, ayo saya antarkan," ujarnya menawarkan diri.
Bergegas, dengan didampingi pria yang tak sempat memberi tahu namanya itu, Diksi.co pun mengikutinya dari belakang.
Gedung produksi yang dimaksud berada tak jauh dari kantor utama BLK. Hanya perlu berjalan melawati 1 gedung lain di belakang gedung utama.
Setibanya di gedung produksi, potret kegiatan yang ditunggu pun terlihat jelas. Para kaum hawa yang terdiri dari ibu-ibu hingga anak muda asik berjibaku dengan mesin jahit dengan potongan-potongan kain yang berserakan di sekitar tempat kerjanya.
Dari dalam ruangan, kepala BLK Andri sapaannya, menyambut ramah kedatangan awak media yang ingin meliputi kegiatan produksi masker ini.
"Halo mas, dari mana mas ?," tanya Andri dengan ramah.
"Saya wartawan pak, mau meliputi kegiatan produksi," timpal awak media.
"Silahkan saja, langsung ke instruktur saja ya," jawabnya sambil memanggil salah seorang perempuan yang ada di antara pekerja.
Setelah itu, Andri pun meninggalkan gedung produksi dan mempersilahkan awak media untuk meliput kegiatan produksi di tempat yang menjadi tanggung jawabnya.
Bincang-bincang bersama instruktur
Nurdiayana namanya, ia merupakan instruktur menjahit yang bertugas membantu dan mengontrol pekerjaan para relawan yang juga mantan peserta didiknya di BLK.
Keahlian khusus yang ia pelajari adalah menjahit. Dari cara ia menggunakan mesin jahit, jelas sekali keahlian ini telah ia pelajari bertahun-tahun. Terampil dan cekatan mungkin kata yang sangat pas untuk menilai keahlian dari perempuan yang satu ini.
Bahkan, saat sedang bekerja dirinya masih sempat berbincang santai dengan rekan kerja di sebelah dan dibelakangnya.
"Beda yang berpengalaman dengan yang baru belajar," celetuk perempuan paruh baya yang juga sedang menjahit dibelakang mba Nurdiayana sembari berkelakar.
Suasana di ruangan pun terasa gembira meski 16 orang tenaga penjahit yang bekerja menutupi wajahnya dengan masker. Namun, masih sangat jelas bola mata orang-orang itu memancarkan rona kebahagiaan. .
Tak hanya ramah mba Nurdiayana pun tak sungkan menunjukan kebolehannya di depan awak media.
"Mau saya buatkan masker mas ?," tanya Nurdiayana.
"Mau mba, asal gratis," menjawab tawaran mba instruktur.
"Berapa lama buat satu masker," balik bertanya.
Sambil berjalan ke tumpukan kain yang kelihatannya telah di potong sesuai ukuran masker mba Nurdiayana menjawab dengan pasti.
"5 menit selesai," katanya sesumbar.
Ia pun duduk kembali membawa selembar kain berukuran kecil, berwarna hijau. Tanpa banyak bicara ia kemudian langsung duduk di belakang mesin jahit tempat semula ia bekerja.
Mungkin ini yang sering dikatakan orang-orang, "proses tidak pernah mengkhianati hasil" tak sampai 5 menit bak pesulap handal mba Nurdiayana menyelesaikan satu buah masker kain pelindung diri dari wabah Covid-19 untuk tim redaksi Diksi.co yang meliput.
Jahitan demi jahitan nampak rapi menyulam lipatan kain yang di desain seperti masker kain pada umumnya.
"Ini mas sudah jadi, jangan langsung dipakai, dicuci dulu," ujarnya sambil menyerahkan masker kain buatannya.
Tips atau cara membuat masker kain
Masih soal pembuatan masker. Mba Nurdiayana yang sebelumnya membuat masker kain untuk tim redaksi Diksi.co, kali ini ia akan menjelaskan tutorial pembuatan masker kain agar dapat dibuat di rumah oleh masyarakat.
Berikut ini tips atau cara membuat masker sendiri di rumah untuk mencegah penularan virus corona ala Mba Nurdiayana.
- Bahan dan alat :
Kain katun hero (kain halus yang terbuat dari serat tanaman kapas), benang jahit, gunting kain, dan tentunya mesin jahit (jika tidak ada bisa jahit manual menggunakan tangan)
- Langkah pembuatan :
1. Mulailah dengan menyiapkan 2 persegi panjang kain ukuran 20cm cm x 18 cm, untuk kepala yang lebih kecil. Ukuran bisa juga disesuaikan dengan masing-masing wajah.
2. Pembuatan masker menggunakan double layar (2 lapisan). Kemudian lipat kain menjadi 3 bagian masing-masing lipatan beri jarak 2cm dari lipatan pertama ke lipatan berikutnya.
3. Jepit kain yang sudah dilipat menggunakan jarum pentul.
4. Setelah itu pasang bisban (kain penutup dibagian tepi). Jahit seluruh tepi kain yang telah di pasangi bisban.
5. Tahap akhir pemasangan tali dengan lebar 1,5 cm dan panjang 75 cm, di ke 4 sisi kain yang telah berbentuk masker dengan beberapa rongga udara di tengahnya.
Tak lupa mba Nurdiayana mengingatkan, sebelum menggunakan masker pastikan masker telah steril dari kuman.
"Sebelum digunakan harus dicuci bersih terlebih dahulu menggunakan sabun kemudian diberi pengharum pakaian biar nyaman digunakan," ujarnya menutup rangkaian pembicaraan tentang pembuatan masker kain.
Sisi lain relawan pembuat masker
Kehadiran para relawan pembuat masker kain bak pahlawan di tengah kondisi kota yang semakin hari semakin resah akibat adanya wabah Covid-19 atau virus corona. Seluruh masyarakat seketika panik mencari alat pelindung diri (APD) berupa masker sebagai upaya antisipasi.
Masyarakat pun akhirnya menjadikan masker sebagai objek buruan di berbagai tempat yang menjual. Dalam hitungan hari baik masker kesehatan maupun masker kain seketika langka dipasaran.
Di balik situasi lingkungan yang mulai tegang ini, para relawan pembuat masker kain di BLK Samarinda memiliki cara sendiri dalam menikmati pekerjaannya.
Dari pantauan mata, di ruang produksi, ada ibu-ibu yang membawa anaknya ke lokasi produksi, terlihat juga bekal-bekal makanan yang sengaja diletakan di atas meja. Di jam-jam sibuk selain para tenaga penjahit terlihat juga ibu-ibu dengan cekatan mencuci masker yang telah selesai dikerjakan, kemudian menjemurnya di bawah terik matahari.
Diksi.co pun tertarik untuk mewawancarai salah seorang relawan.
"Malu-malu" kesan pertama yang ditunjukan seorang ibu-ibu yang asik dengan pekerjaannya.
Ibu tersebut bernama Irawati. Tempat tinggalnya cukup jauh dari lokasi produksi masker, tepatnya di Tenggarong seberang (sebutan masyarakat). Sejak subuh, usai menunaikan sholat subuh, dirinya melakukan aktifitas rumah tangga layak seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
"Sebelum kesini saya selesaikan dulu pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci dan macam-macam," terangnya sambil terus menjahit.
"Sampai nanti sekitar jam 9, baru saya berangkat dari rumah ke sini (BLK)," tambahnya.
Irawati memang salah satu sosok perempuan tangguh yang terlibat dalam kegiatan sosial ini. Dirinya berangkat seorang diri dari kediamannya (Tenggarong Seberang) menggunakan kendaraan roda dua miliknya.
Ia pun mengaku senang bisa terlibat langsung memproduksi masker kain sebanyak 3000 lembar untuk para aparat TNI, Polisi dan siapa saja yang membutuhkan masker saat berada di lapangan.
"Ya semoga bermanfaat aja mas, kami pun tidak mendapat bayaran disini, kita sama-sama saling membantu. Apa yang bisa kami lakukan ya cuman ini keahlian kami menjahit," ucapnya menutup obrolan singkat. (Achmad Tirta Wahyuda)