Kamis, 19 September 2024

Mengulas Sedikit Kisah Ritual "Laliq Ugal" Suku Dayak Bahau di Benua Etam

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Sabtu, 21 November 2020 1:24

Potret penari Hudoq menari bersama warga sebagai tanda menuju puncak ritual Laliq Ugal Sabtu (21/11/2020)/Diksi.co

Di depan rumah, para lelaki dan anak-anak nampak gagah mengenakan pakaian adat lengkap dengan Mandau senjata khas Kalimantan yang diikat dipinggang. Sebagian lagi membawa alat musik gong yang digantungkan di leher menggunakan kain.

Saat waktunya tiba, proses ritual Tabeq Rau dilangsungkan. Gong ditabuh, pemimpin rombongan turun dari rumah adat sambil berteriak dengan nada melengking saling bersahutan.

"Warga akan jalan sampai ujung kampung jaraknya 3 km. Nanti lewati rumah-rumah warga. Warga yang menunggu di depan rumah akan masuk mengisi barisan," kata Fani pemuda Dayak yang semalam menyambut kami.

Benar saja, dari kejauhan terlihat di setiap rumah ada beberapa warga menunggu barisan kelompok melintasi rumah mereka. Bila dilihat lebih dekat, tampak para wanita Dayak Bahau serius mempercantik diri dengan bersolek dan memakai baju adat mereka. Para lelaki tak mau kalah, mengenakan baju adat dengan Mandau terpasang di pinggul mereka.

"Kalau rombongan ini lewat jangan ada yang menghalangi di depannya. Tidak boleh, nanti bisa kena sanksi adat," ujar Fani lagi sambil mengingatkan.

Suasana magis semalam tak terasa lagi. Yang ada hanya suka cita perayaan yang nampak dari wajah-wajah warga Desa Tukul.

"Nanti mereka kembali lagi ke rumah adat setelah balik dari arah berlawanan. Semua akan makan bersama di rumah saya," kata Fani lagi.

Setelah sampai ke titik awal kepergia yakni rumah adat. Barisan warga yang cukup panjang itu masuk ke dalam rumah sambil menari dan berteriak lagi saling bersahutan. Seperti ingin melakukan peperangan, tapi tidak sepertinya itu cara mereka menyambut keberhasilan bersama.

Warga pun berpesta menikmati hidangan yang telah disediakan di atas meja di depan rumah. Sementara seluruh warga menikmati hidangan, para penari pria bersiap-siap mengenakan pakaian Hudoq yang semalam mereka buat.

"Setelah ini kami ke Lamin (tempat kumpul warga) dan langsung menari Hudoq sebagai tanda telah memasuki puncak Laliq Ugal," ucap Fani sambil bergegas mengenakan pakaian Hudoq bersama penari lainnya.

Pemuda-pemuda Desa Tukul saat membuat baju Hudoq dari anyaman daun Pisang.

Usai makan, warga langsung bergegas menuju Lamin yang berada tidak jauh dari situ. Alat musik gong kembali disiapkan. Setelah semua berkumpul gong kembali ditabuh dan penari Hudoq mulai menunjukkan kemampuan menari dengan kostum Hudoq yang beratnya mencapai 5 kg. 

Riuh tercipta, proses ini bisa berlangsung hingga 2 jam. Warga bersama penari Hudoq membentuk lingkaran sambil menari dan berteriak mengelilingi Lamin.

Indah. Takjub. Bangga. Mungkin itu sebagian ungkapan saat mendapat kesempatan menyaksikan kekayaan budaya di Kalimantan Timur.

Momen-momen ini pun kami abadikan menggunakan kamera handphone dan kamera canggih lain yang kami bawa. Semoga masih ada kesempatan menyaksikan rangkaian ritual Laliq Ugal masyarakat suku Dayak Bahau yang dilangsungkan di desa-desa lain.

Ditulis Jurnalis Diksi.co, Achmad Tirta Wahyuda 

Desa Tukul, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Minggu 15 November 2020. (tim redaksi Diksi)

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews