"Dari jumlah kasus tercatat, korban 96 persen adalah mahasiswi, 20 persen tak melapor, 50 persen memilih tak bercerita dan kasus yang dilaporkan tenggelam dalam gunung es," imbuhnya.
Kata Yohanes, kasus kekerasan seksual yang banyak tenggelam dikarenakan adanya ketimpangan relasi kuasa.
"Yang mana pelaku menyalahgunakan kuasa mereka. Di kampus pelaku kekerasan seksual bisa dilakukan oleh siapa saja. Yang mana notabenya, pelaku memiliki kuasa lebih terhadap korban seperti lebih senior, lebih pintar, bisa mengatur lian dan lain sebagainya," tegasnya.
Lanjut Yohanes relasi kuasa saat ini harus lebih bisa diseimbangkan agar angka kekerasan seksual bisa ditekan, atau bahkan dihilangkan.
"Perempuan harus diberi ruang untuk menduduki posisi pengambil kebijakan dan juga adanya suatu aturan ketat yang mengatur kekerasan seksual di berbagai bidang," tegasnya.
Senada dengan Yohanes, Sri Murlianti juga menjelaskan tak seimbangnya relasi kuasa menjadi faktor utama para korban kekerasan seksual memilih bungkam.