Minggu, 5 Mei 2024

Kecaman ke Presiden Prancis, 2 Tokoh di Samarinda Ikut Beri Respon

Koresponden:
diksi redaksi
Kamis, 29 Oktober 2020 8:18

Postingan Twitter Kementerian Luar Negeri Indonesia/ IST

Sebagai informasi, Presiden Macron pada 2 Oktober 2020 menyampaikan pidato di hadapan anggota dewan, kepala daerah, dan perwakilan kelompok masyarakat sipil, terkait pentingnya mempertahankan nilai-nilai mendasar di Prancis. 

Ia turut menyampaikan beberapa pernyataan terkait Islam dan radikalisme. Berselang beberapa pekan kemudian dan setelah kematian Samuel Paty, seorang guru di Prancis, Presiden Macron kembali menegaskan pemerintah bersama rakyat Prancis akan terus mempertahankan nilai-nilai kebebasan yang menjadi dasar terbentuknya republik. Lewat pidatonya yang disampaikan di Les Mureaux, Macron menyebut ancaman masyarakat Prancis yaitu Islam separatis.

Istilah itu, menurut Macron, merujuk pada sekelompok penganut Islam ekstremis/fanatik yang melenceng dari nilai-nilai republik. 

Ia menyebutkan otoritas keamanan di Prancis telah mengawasi hampir 170 orang yang dicurigai akan terlibat aksi teror.

 "Kami tahu 70 orang dari kelompok itu telah pergi ke Suriah," katanya. Setelah kematian Paty, Macron mengatakan, "Kami akan terus bertahan, Profesor (merujuk ke Samuel Paty). Kami akan terus berjuang untuk kebebasan. Kamu telah menjadi wajah perjuangan mempertahankan republik," kata Macron lewat unggahannya di Twitter pada 22 Oktober 2020. 

Samuel Paty merupakan seorang guru di Prancis yang tewas dipenggal kepalanya oleh Abdoullakh Abouyedovich Anzorov, di Conflans-Sainte-Honorine, daerah di luar Kota Paris pada 16 Oktober 2020. Sebelum tewas, Paty sempat menunjukkan karikatur Nabi Muhammad yang kembali diterbitkan oleh Charlie Hebdo, bulan lalu. (tim redaksi Diksi)

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews