DIKSI.CO, SAMARINDA - Penyakit Tuberkulosis (TBC) menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur terus menunjukkan langkah serius dalam menangani penyakit Tuberkulosis (TBC).
Saat ini Pemprov Kaltim telah membentuk Tim Percepatan Penanggulangan dan Eliminasi TBC.
Pembentukan tim percepatan ini melibatkan seluruh Perangkat Daerah (PD) lingkup Pemprov, lintas sektor unsur pemerintah maupun non-pemerintah, serta sektor kesehatan dan non-kesehatan.
Kegitan pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan dan Eliminasi TBC ini dilaksanakan di Hotel Grand Verona, Jumat (2/8/2024).
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menyebutkan bahwa berdasarkan Tuberculosis (TB) Report 2023, estimasi kasus TBC meningkat menjadi 1.060.000 kasus baru per tahun, dengan angka kematian mencapai 134 ribu per tahun.
Jaya Mualimin juga menyatakan bahwa penemuan kasus di Indonesia meningkat signifikan pada 2023, dengan penderita TB sebanyak 820.789 kasus dari estimasi 1.060.000 kasus.
“Kita ingin penanggulangan TBC dilakukan dengan serius karena angka kematiannya juga tinggi. Meskipun tampaknya tidak terlihat, TBC adalah salah satu pembunuh saudara-saudara kita. Dari Januari hingga Juli 2024, tercatat 235 orang meninggal di Kaltim. Di Kaltim sendiri, ada 21.638 orang penderita TBC yang harus kita bantu, sehingga bisa mengurangi angka kematian yang biasa dilaporkan hampir 800 orang tiap tahun,” ujar Jaya dalam arahannya sebagai pimpinan rapat.
Jaya menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan eliminasi TB pada tahun 2030. Sebagai bentuk keseriusan dalam menanggulangi TBC, pemerintah telah memiliki payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang mengamanatkan pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TP2TB) dan Wadah Kemitraan Penanggulangan Tuberkulosis (WKPTB) di tingkat pusat, serta pembentukan TP2TB di provinsi/kabupaten/kota.
“Mari bersama melalui tim percepatan ini untuk bisa melaksanakan tugas dengan baik secara pentahelix. Umur memang tidak bisa dipercepat atau diperlambat karena takdir Tuhan, tapi sehat adalah pilihan yang baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Kita harus mencegah bersama, jangan sampai kita bentuk tim ini tapi penderita semakin meningkat,” tegas Jaya.
(*)