DIKSI.CO, SAMARINDA - Meski aktivitas perkuliahan di Kota Tepian sampai saat ini masih ditiadakan, namun pada Selasa (12/1/2021) menjelang tengah hari tadi suasana nampak berbeda. Sebab puluhan mahasiswa terlihat berkumpul di dalam kawasan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.
Namun hal tersebut bukan untuk melakukan pembelajaran, melainkan menggeruduk kantor Rektorat menyuarakan tuntutan di gratiskannya Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang dirasa memberatkan kondisi pandemi Covid-19.
"Kami ingin agar ini (UKT) digratiskan, untuk apa dibayarkan kalau pengunaannya juga tidak maksimal," ucap Presiden BEM FISIP Unmul, Iksan Nopardi dalam orasinya siang tadi di depan gedung Rektorat Unmul.
Di tengah gempuran pandemi yang berdampak pada sektor ekonomi. Iksan menilai pungutan UKT dilakukan sangatlah tidak tepat. Sebab ia beranggapan, hal tersebut menjadi beban tambahan bagi para orangtua mahasiswa, terlebih mengingat ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Bumi Etam masih terus terjadi dampak musim pagebluk.
"Secara nasional itu ada 3 juta pekerja yang di PHK, belum lagi di Kaltim, tentu itu mempersulit kondisi orangtua," tegas Iksan.
Mahasiswa Program Studi Psikologi ini juga menyinggung adanya pungutan sumbangan pembangunan institusi (SPI) yang dilakukan oleh beberapa Fakultas. Padahal, dalam masa pandemi sekarang, ia menyebut seharusnya Unmul menghentikan dahulu proyek pembangunan dan fokus memikirkan nasib mahasiswa.
Ia juga membeberkan bahwa Unmul harus membuka atau memiliki transparansi anggaran. Agar publik bisa menilai tepat tidaknya pengunaan anggaran yang selama ini dilakukan.
"Kita semua terdampak secara menyuluruh dan Unmul harus peka soal itu," tambahnya.
Sementara itu, koordinator aksi bernama Dandi menambahkan kalau massa akan melakukan long march mengelilingi Jalan Pramuka - M Yamin hingga ke Rektorat Unmul. Hal itu dilakukan untuk menarik dan mengajak masyarakat yang masih perduli pada dunia pendidikan.
"Kita juga mengimbau massa aksi agar menerapkan protokol kesehatan, jangan sampai kritik yang kita lancarkan terhambat karena itu," tandasnya.
Terpisah, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Unmul Samarinda, Encik Akhmad Syaifudin menyampaikan kepada para massa aksi kalau seruan mereka telah disampaikan kepada Rektor Unmul, Masjaya.
"Kami sudah sampaikan pada rektor tapi beliau lagi di luar kita. Kami diminta untuk menerima aksi mahasiswa," jawab Encik.
Untuk mengentaskan perihal tersebut, Encik mengaku kalau nantinya pihak perguruan terbesar di Kaltim akan mengatur waktu dan ruang temu para massa aksi dengan Rektor Unmul Masjaya.
"Tolong korlap diatur waktunya kapan bisa bertemu. Tapi ingat dengan menerapkan protokol kesehatan. Dan pertemuan pun tidak mungkin dilakukan hari ini karena kondisi yang belum memungkinkan," tambahnya.
Turut menambahkan, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unmul Samarindas, Mustofa Agung Sardjono kalau aksi hari ini dirasa memberi begitu banyak manfaat dan berkah bagi massa aksi maupun seluruh staf universitas.
"Saya coba respon. Lebih cepat lebih baik, apalagi UKT terakhir tanggal 22 (Januari)," kata Agung.
Lanjut Agung, pengkajian lebih lanjut mengenai dampak pandemi Covid-19 di tengah dunia pendidikan khususnya tingkat universitas seperti Unmul Samarinda memang sangat diperlukan.
Sebab apabila dikeluarkannya kebijakan peringanan, maka harus dilakukan sesuai dengan sasaran. Meski nantinya ditemukan perihal yang masih dirasa merugikan, maka hal itu dirasa bukan masalah besar. Sebab sistematis pasalnya bisa dengan cepat dilakukan perubahan agar mendapat hasil yang lebih baik dam maksimal.
"Tidak ada yang tidak kuliah karena tidak bisa bayar UKT. Saya apresiasi ini, dan harus kalian kawal jangan hanya di sini aja," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)