DIKSI.CO, SAMARINDA - Laporan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, pada triwulan kedua tahun 2020, perekonomian Kaltim terkontraksi sebesar 5,46 persen dibandingkan tahun lalu di triwulan II.
Kondisi itu sejalan dengan perekonomian nasional yang juga mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen.
Diketahui, kontraksi ekonomi terjadi ketika aktivitas ekonomi agregat menurun.
Ukuran output agregat, seperti PDB riil dan produksi industri, menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
Tutuk S.H. Cahyono, Kepala Kantor BI Perwakilan Kaltim, menyampaikan kontraksi ekonomi yang dihadapi Kaltim berdasarkan lapangan usaha (LU) dan pengeluaran.
Kontraksi PDRB Kaltim tersebut disebabkan LU kinerja tambang dan ekspor yang mengalami kontraksi sebesar 6,88 persen dan 6,03 persen. Hal itu juga diperparah dengan pandemi Covid-19.
"Dampak Covid-19 memang menekan ekonomi, tapi jangan lupa, sebelum Covid-19 pun sektor-sektor utama ekonomi Kaltim itu sudah tertekan. Batu bara tertekan bahkan tertekan cukup besar. CPO juga sebenarnya tertekan, relatif stagnan di 2020 ini. Sementara pariwisata tidak bisa kita harapkan," kata Tutuk, memberikan keterangan Kamis (10/9/2020).
Pada sektor pertambangan pada triwulan dua 2020 ini, pertumbuhan lapangan usaha sebesar 42,94 dengan mengalami pertumbuhan minus sebesar 4,88 persen.
Padahal pada triwulan satu, pertumbuhan lapangan usaha pertambangan hanya minus 0,48 persen.
Untuk sektor ekspor, pada triwulan satu 2020, mengalami surplus sebesar 2,86 persen. Namun sektor ekspor terjun bebas di triwulan dua, yang minus 6,03 persen.
Tutuk menegaskan kondisi ekonomi yang tertekan saat ini masih akan terjadi sepanjang tahun 2020.
"Kami lihat di 2020 ini masih akan tertekan. Di tahun ini kemunginan masih sangat rendah sekali, bahkan bisa negatif. Perkiraan seperti itu," jelasnya.
Sementara itu, untuk prediksi pertumbuhan ekonomi Kaltim di tahun 2021, BI Kaltim menilai pertumbuhan bergantung pada beberapa aspek.
Utamanya dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
"Di tahun 2021 tergantung bagaimana ada banyak aspek sebenarnya. Pertama kita harus lihat bagaimana kenaikan permintaan domestik dengan kebijakan relaksasi yang dikeluarkan pemerintah," paparnya.
"Selain itu bagaimana peningkatan stimulus itu besar gak peningkatannya, serta bagaimana pemerintah menerbitkan kebijakan moneternya," sambungnya.
Tutuk juga menegaskan perkembangan industri ke depan, harus didorong masuk ke dunia digital.
Pasalnya BI Kaltim memprediksi tekanan ekonomi masih terjadi selama pandemi belum berakhir.
Masuk ke dunia digital bisa jadi alternatif terus bertumbuhnya ekonomi di masyarakat.
"Karena Covid-19 kan prediksinya belum bisa selesai di akhir tahun ini. Bahkan mungkin masih ada di awal-awal tahun depan. Untuk itu bagaimana upaya mendorong industri bisa masuk ke dunia digital menjadi alternatif berlangsungnya perekonomian di Kaltim," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)