Senin, 7 Oktober 2024

Titik Longsor di Mangkupalas Bertambah, Lurah Beri Respon

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Jumat, 31 Juli 2020 10:0

FOTO : Lurah Mangkupalas, Muhammad Noor saat dijumpai awak media, dan diduga jika longsor ini merupakan dampak aktivitas pertambangan beberapa tahun silam/Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Belum juga selesai titik longsor di Jalan Patimura, RT 17, Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang, kini longsor kembali terjadi dengan jarak sekira 50 meter dari lokasi sebelumnya pada Kamis (30/7/2020) malam tadi. 

Informasi diterima, kejadian longsor kedua ini  terjadi pada pukul 21.00 Wita malam tadi.

Sebelum tanah menerjang badan jalan, tiang listrik pun sempat miring akibat terdorong tanah. Namun, kini telah ditangani oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. 

"Saya lagi jaga alat, jalan masih dibuka saat itu tapi untung nggak ada yang kena," kata Rendy, relawan yang sedang menjaga alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Kaltim, saat dijumpai awak media, Jumat (31/7/2020).

Material tanah bercampur batu disertai pepohonan merambah ke tengah badan jalan. Walhasil, jalan penghubung Palaran - Samarinda Seberang itu tak bisa dilalui.

Jalan ditutup sekitar satu kilo sebelum titik longsor, tepatnya dari simpang Jembatan Mahkota II, sisi Palaran. 

Titik longsor yang bertambah menjadi pekerjaan rumah baru bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Bahkan titik longsor awal masih terus mengalami pergerakan. Bahkan median tengah jalan bungkas akibat dorongan tanah longsor

Lurah Mangkupalas, Muhammad Noor menerangkan pihaknya telah kembali berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Samarinda Seberang, PUPR Kaltim dan BPBD Samarinda.

Meski telah disediakan dua alat berat, Noor akan kembali meminta penambahan dan meminta di datangkan analis lingkungan. 

"Longsor baru sudah kami koordinasikan, selain alat kami minta personel juga ditambah," kata Noor.

Memang, lanjut Noor, jika dilihat dari kontur daerah tersebut, bisa dikatakan rawan longsor.

Terlebih dari catatannya, kawasan tersebut sempat digunakan salah satu perusahaan tambang batu bara.

Meski telah bertahun silam lamanya.

Untuk itu pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) agar melakukan analisis lingkungan di kawasan tersebut. 

Dirinya juga sempat menyinggung aktivitas di kawasan tersebut. Jalur hauling emas hitam yang terakhir beraktivitas tahun sekitar 2010 lalu diduga menjadi penyebabnya. 

"Saya memang masih baru. Tapi kalau saya pikir ini ada dampaknya juga. Dampak lingkungan itu kan nggak langsung dirasakan. Bisa lama," pungkasnya. (tim redaksi Diksi) 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews