“Salah satunya karena rendahnya minat orangtua datang ke posyandu,” ungkapnya.
Selain rendahnya kesadaran orangtua untuk membawa anak ke posyandu, Ayu menyebut terdapat juga kendala terhadap alat ukur yang telah diberikan oleh Kementerian Kesehatan baik dari keterampilan kadernya dan juga ketersediaannya.
“Jadi banyak hal yang mempengaruhi ya,” ujarnya.
Ayu juga menjelaskan bahwa masih perlu sinkronisasi data temuan oleh puskesmas dan juga hasil survei SSGI (Survei Status Gizi Indonesia).
“Semua yang kita dapatkan hari ini akan kami bawa untuk rembuk stunting tingkat Kota Samarinda,” jelasnya.
Paling besar yang kita fokuskan utamanya pola asuh, karena banyak orangtua yang melakukan pembiaran jika anaknya tidak makan dengan gizi yang cukup.
“Maka nanti setelah rembuk stunting tingkat Kota Samarinda kita akan rumuskan kembali bagaimana sosialisasi yang tepat untuk orangtua dalam upaya penurunan angka stunting,” tutupnya. (advertorial)