Minggu, 6 Oktober 2024

"Tanda Rasa Semesta" Antologi Puisi Para Pecinta Alam, Kegelisahan dan Keresahan Alam Semesta

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Kamis, 29 April 2021 14:21

Fachri Mahayupa (kiri), Novita Rahayu (Tengah) saat melakoni peran sebagai pembicara dalam acara bedah buku "Tanda Rasa Semesta", Kamis (28/4/2021)/ Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Karya sastra berupa puisi kembali ditelurkan penulis Kalimantan Timur, Novita Rahayu perempuan yang lahir di Kudus Jawa Tengah yang sekarang berdomisili di Sangatta Kalimantan Timur.

Bertajuk bedah buku "Tanda Rasa Semesta" tongkrongan keren "Setiap Hari Coffee" di jalan Juanda ramai disambangi berbagai kalangan pengunjung.

Berkolaborasi dengan Teater Yupa Universitas Mulawarman, Novita Rahayu bersama rombongan anak-anak pecinta alam Bontang, Sangatta, Balikpapan dan Samarinda berbagi kisah kasih dibalik proses penulisan buku antologi puisi.

Dalam sesi diskusi santai, Bunda Novita sapaanya menuturkan antologi puisi "Tanda Rasa Semesta" dengan puluhan puisinya merupakan hasil perjalanan selama satu tahun yang dihiasi bumbu-bumbu curahan hati anak-anak, sebutan para komunitas pecinta alam.

"Kemarin itu launching buku ini pas bertepatan hari bumi 22 Maret. Ini adalah kumpulan beberapa curhatan anak-anak selama perjalanan mendaki," ungkapnya di depan tamu kedai, Rabu (28/4/2021) malam.

Menulis bagi Novita adalah sebuah keabadian. Mengabadikan sebuah perjalanan hidup dalam bentuk puisi bagi Novita hanya sebuah media penyampaian pesan yang luhur.

Seperti yang diucapkan Pramoedya Ananta Toer, sehebat apapun seseorang jika tidak menulis maka ia akan hilang dari sejarah.

"Dan saya ingin mengajak anak-anak muda, terutama anak pecinta alam yang biasa kita jalan mendaki sekedar jalan dan ceritanya hanya disimpan untuk diceritakan. Kali ini saya ajak untuk dituangkan dalam puisi," ujarnya.

Dalam menyelami tulisan-tulisan yang tertuang pada antalogi puisi "Tanda Rasa Semesta" Bunda Novita tak sendiri. Tepat disebelahnya duduk laki-laki berperawakan kurus dengan topi bundarnya.

Ia Fachri Mahayupa, alumni Teater Yupa Universitas Mulawarman, penulis naskah teater, penulis cerpen, penulis puisi dan sekarang berprofesi sebagai jurnalis.

Penulis puisi berjudul  "Ibu makin cantik" ini memaknai pertemuan hangat malam itu sebagai pesta puisi. Kegelisahan dan keresahan pada akhirnya akan menjadi jembatan untuk menangkap fenomena di sekitar yang dituangkan dalam karya tulis.

"Terkadang orang suka puisi kemudian dibuat lah puisi. Tapi pada prinsipnya kata-kata menurut saya adalah unsur sekunder bukan primer. Yang menjadi utama adalah membaca keadaan baik yang batin maupun non batin," tuturnya.

Menimpali tutur Fachri, Bunda Novita sedikit mengurai hal yang melatarbelakangi kegelisahan batin terhadap fenomena semesta.

"Sejak saya bergabung di komunitas alam 2 tahun lalu seperti candu. Saat di alam kita merasakan hal beda, saat kita melakukan pendakian disitu terlihat sisi dalam seseorang, contoh kecil mengenai kepedulian," terangnya kepada pengunjung kedai.

Pengalaman perempuan yang secara usia tak lagi muda ini mampu menumbuhkan semangat anak-anak muda yang hadir. Berbagai pertanyaan tumpah ruah dalam diskusi.

Bunda Novita berharap karya puisi ini dapat dibaca berbagai kalangan sebagai khazanah bacaan yang baik.

Sebagai informasi, antologi puisi "Tanda Rasa Semesta" dapat dipesan via email novita_stm@yahoo.co.id, Facebook Novita Rahayu, Instagram novita_stm. (tim redaksi Diksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews