Hal ini berdampak besar pada penghasilan orang-orang yang bergantung pada aktivitas bongkar muat pelabuhan.

Salim contohnya, sehari-hari ia bekerja sebagai buruh panggul pelabuhan, selama masa pandemi penghasilannya dari menjual jasa pikul barang semakin tidak menentu.

"Kapal sudah jarang datang atau berangkat, biasa bisa dapat penghasilan kotor Rp 300 ribu per hari, sekarang bisa dalam 3 hari cuman dapat Rp 100 ribu," ungkap Salim.

Salim dan rekan-rekan satu profesi dengan dirinyanya pun hanya bisa pasrah, berharap wabah ini cepat selesai dan mereka bisa kembali mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

"Intinya kita berusaha aja setiap hari mas. Hari ini datang ke pelabuhan, kalau gak ada kapal datang lagi besoknya, dan seterusnya begitu. Saya pasrah aja, kalau ada rezeki ya akan saya syukuri," ujarnya. (tim redaksi Diksi)