DIKSI.CO, SAMARINDA - Samarinda memiliki beragam persoalan yang harus diselesaikan oleh kepala daerah yang akan memenangkan Pilkada 2020 mendatang.
Beberapa persoalan di antara lain adalah permasalahan banjir.
Hal tersebut juga mendapat respon bagi bapaslon Walikota Samarinda jalur perseorangan Zairin Zain-Sarwono, Sabtu (4/9/2020) usai melaksanakan tahapan pendaftaran balon di KPU Samarinda.
Ia mengatakan penyebab banjir tidak hanya berkurang ruang hijau di Kota tersebut.
Ia melihat faktor geografis alam di Kota Samarinda menjadi penyebab banjir.
Kawasan utara, timur dan barat kota yang berbukit membuat air mengalir menuju kota.
Selain itu di tengah-tengahnya diapit oleh Sungai Mahakam.
Selain itu faktor drainase yang tidak bekerja maksimal membuat saluran air kurang bekerja maksimal.
Sehingga saat hujan turun maupun debit air sungai meninggi sehingga menyebabkan banjir.
Zairin-Zain memberikan konsep pencegahan banjir.
Normalisasi Sungai Karang Mumus menjadi opsi untuk mencegah banjir.
Jika memang hal tersebut kurang bekerja secara maksimal nantinya akan ada pompa air di beberapa titik wilayah Sungai Karang Mumus.
"Normalisasi Sungai Karang Mumus membaiki drainase yang ada agar air turun segera. Itupun kalau belum bisa mengatasi banjir kita akan membendung muara Sungai Karang Mumus. Kalau hujan kita pompa agar mengurangi banjir yang ada," ujarnya.
Seirama dengan pemaparan tentang penanganan banjir Kota Tepian.
Sebelumnya, sering kali dipaparkan oleh bapaslon Andi Harun-Rusmadi, salah satunya pada saat menggelar diskusi terbuka bersama para akademisi dan masyarakat, Rabu (24/6/2020) yang lalu.
Dari video presentasi, hasil survei daerah terdampak banjir terlihat mulai dari wilayah ulu hingga Ilir kota Samarinda.
"Secara morfologi Samarinda terbagi menjadi 2 wilayah. Di bagian utara cenderung rendah di selatan cenderung banyak perbukitan. Terjadi alih fungsi lahan di bagian utara sehingga menghambat resapan air, Itu yang menjadi penyebab banjir dari tahun ke tahun," jelas Andi Harun kala itu.
Dalam presentasi singkatnya sebelum memasuki segmen diskusi bersama para beberapa nara sumber dari akademisi Dr. Bernaulus Saragih dan Dr. Mulyadi, Andi Harun menegaskan beberapa poin yang akan ditempuh untuk mengatasi banjir di Kota Samarinda.
"Konsep pengendalian banjir dari daerah ulu dengan melakukan Revitalisasi DAS daerah ulu. Meski dikatakan daerah tersebut sudah dikuasai perorangan, sebagai calon wali kota tidak ingin kalah, apakah membebaskan lahan atau mencari jalan lain," terangnya.
Selain itu, langkah lain adalah mereduksi banjir dari ulu.
AH sapaanya menjelaskan, butuh bendungan baru atau tempat tampung air (polder) dengan memanfaatkan eks lubang tambang (Void) sebagai pengendali banjir.
Konsep pemanfaatan eks lubang tambang sebagai wadah pengendalian bajir ini dinilai merupakan langkah yang tepat guna mencegah merembesnya air ke pemukiman yang diakibatkan dari faktor alam maupun faktor sosial.
"Karena Samarinda dipengaruhi pasang surutnya air laut dan sungai, jadi pekerjaan yang paling besarnya adalah bagaimana membuat kanal-kanal menuju Void , sambil nanti tahap keduanya Void itu dikeruk lagi dan diperbaiki wilayah pinggirannya," terangnya.
Dalam presentasi singkatnya Andi Harun yakin dengan konsep dasar pengendalian banjir yang disampaikan dalam kurun waktu 1 tahun persoalan banjir di Kota Samarinda perlahan akan berkurang. (tim redaksi Diksi)