Sabtu, 23 November 2024

Perlahan-Lahan, Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Tradisional Mulai Naik di H-10 Jelang Ramadan

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Selasa, 14 April 2020 6:31

Aktivitas pedagang pasar Kemuning di pagi hari, Selasa (14/4/2020)/Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA- H-10 jelang bulan suci Ramadan, harga kebutuhan bahan pokok perlahan mulai mengalami kenaikan harga.

Di antaranya, bahan dasar bumbu dapur seperti bawang merah. Saat ini harga partai (untuk dijual kembali) bawang merah per kilo Rp 34.000 ribu.

Namun kenaikan harga bawang merah tak diikuti dengan pasangannya, yaitu bawang putih. Bawang putih justru mengalami penurunan harga yang cukup jauh, semula Rp 50 ribu per kilo, sekarang hanya Rp 35 ribu per kilo.

"Rata-rata harga kebutuhan bahan pokok di pasar mulai naik, harga bawang merah sebelum naik Rp 26 ribu, sekarang jadi Rp 34 ribu. Bukan cuma bawang, cabai kecil merah juga naik jauh," ujar Sanah, salah satu pedagang sayur-mayur di Pasar Kemuning, Loa Bakung, Selasa (14/2020).

Aktivitas jual-beli di asar tradisional./Diksi.co

Harga cabai merah kecil dibanderol Rp 50 ribu per kilogram. Harga normal sebelum berkisar antara Rp30-35 ribu per kilogramnya.

Kebutuhan bahan pokok lain juga mengalami kenaikan, seperti gula pasir, minyak goreng, kacang hijau, dan kacang tanah.

"Harga gula pasir sekarang Rp 18 ribu, sebelumnya Rp 13 ribu, harga minyak goreng Rp 7 ribu, sebelumnya Rp 8 ribu, harga kacang hijau Rp 24 ribu, sebelumnya Rp 20 ribu, harga kacang tanah Rp 29 ribu, sebelumnya Rp 26 ribu," beber Sanah.

Harga ayam potong relatif stabil, ukuran sedang dijual di pasaran dengan harga Rp 45 ribu per ekornya.

Di tempat berbeda, pemilik warung yang bernama "Juragan Sayur" di Jalan Kemangi, Sungai Kunjang, mengatakan hal yang sama dengan pedagang pasar, bahwa ada kenaikan di beberapa jenis kebutuhan bahan pokok.

Namun hal tersebut belum memberi dampak terhadap omzet dagang per harinya.

"Dalam satu minggu ini omzet masih normal, bahkan ada kenaikan. Penyebabnya mungkin tempat berjualan saya bukan di pasar besar, tapi di pinggir jalan kampung begini, dekat juga dengan kompleks perumahan, jadi daripada ke pasar belinya, ya ke sini," ujar Isnaniah.

Ibu 5 orang anak ini mengaku, selama pemerintah mengeluarkan imbauan social distancing, omzet dari hasil jualan meningkat.

"Alhamdulillah setiap hari rame, mungkin karena orang di rumah aja jadi pada milih masak sendiri, kebutuhan masakannya beli di sini," ungkapnya.

"Meskipun harga mulai naik, biasanya kalau pedagang pengecer gak terlalu merasakan dampaknya, apalagi kalau bulan puasa. Biar lombok harganya mahal juga tetap dibeli, karena pembeli bisa beli sedikit-sedikit gak harus kiloan," tambahnya. (tim redaksi Diksi)

Saefuddin Zuhri/Diksi.co

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews