Sabtu, 5 Oktober 2024

OPINI - Pendidikan Zaman Now

Koresponden:
diksi redaksi
Senin, 20 Juli 2020 9:29

Indra Kurniawan, mahasiswa Hukum UNTAG 1945 Samarinda

OPINI - Pendidikan Zaman Now

Indra Kurniawan

Mahasiswa Hukum UNTAG 1945 Samarinda

DIKSI.CO, SAMARINDA - Kita akan mulai dari timeline panjang peradaban umat manusia dari yang paling sederhana untuk bertahan hidup pada priode-priode awal hingga yang amat kompleks hari-hari ini, agar utuh pemahaman kita memahami perkembangan perubahan zaman umat manusia.

Pada periode awal kita mengenal zaman paliolitikum atau zaman batu, zaman dimana manusia menggantungkan hidup kepada sesuatu yang disediakan alam, melalui berburu dan berpindah-pindah tempat.

Kemampuan yang harus dimiliki pun khusus, berupa kemampuan berlari cepat, memanjat pohon, ketangkasan fisik, insting berburu, dan seterusnya.

Zaman ini terjadi ratusan ribu tahun sebelum masehi. Tentunya ada perubahan pada zaman ini Paliolitikum 1.0, paliolitikum 2.0. kemudian beberapa ratus tahun sebelum masehi zaman berubah lagi manusia memasuki zaman baru, zaman Neolitikum atau zaman Agrikultura dimana manusia menggantungkan hidupnya dari proses berternak dan bertani. 

Kemudian kita bertanya kenapa perubahan ini bisa terjadi?

Pertama, jumlah populasi dalam komunitas manusia semakin banyak, beranak pinak sehingga tidak memungkinkan untuk berpindah-pindah tempat lagi .

Kedua, kebutuhan akan pangan pun semakin banyak, berburu dianggap sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup komunitas lagi, pun pada kemampuan yang harus dimiliki berbeda.

Meskipun ada pandangan yang mengatakan bahwa bertani dan berternak bukanlah pilihan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup, kerena faktanya setiap generasi selalu merasa bahwa generasi sebelumnya selalu lebih baik.

Namun apakah zaman berhenti?

Abad ke 17 peradaban manusia memasuki zaman baru lagi, zaman industri.

Diawali dari munculnya pabrik tekstil di inggris, dimana manusia tidak lagi menggantungkan hidupnya hanya pada pertanian dan perternakan tapi juga di pabrik.

Manusia memiliki pekerjaan baru pada sektor manufakturing, tentunya kemampuan baru pun harus dimiliki salah satunya kemampuan baca tulis dan berhitung. 

Pada periode inilah kita mengenal sekolah formal modern yang secara massif berdiri di banyak tempat untuk memenuhi kebutuhan industri,  kebutuhan pabrik.

Perkembangan zaman industripun telah mengalami beberapa kali revolusi, revolusi industri 1.0, revolusi industry 2.0, revolusi industri 3.0 dan yang teranyar adalah revolusi industry 4.0.

Namun apakah benar kita masih berada pada zaman industri?  Dalam 5-10 tahun kedepan mungkin iya. Tetapi dalam hemat kami meyakini, bahwa kita sedang berada di penghujung zaman industri dan awal dari zaman baru yang belum kita ketahui namanya, sebab kehidupan sama sekali telah berbeda.

Jack Ma dalam suatu wawancara beberapa tahun lalu mengatakan manufacturing bukan lagi tempat untuk mencari kerja.

Di masa depan dalam waktu dekat manusia akan bertindak sebagai jasa, bukan lagi sebagai mesin.

Mesin is mesin, human is human. Manusia bertindak sebagai manusia dan pekerjaan mesin dikerjakan oleh mesin. Sehingga sistem pendidikan yang diatur oleh bell (lonceng), rangking dan ijazah semakin tidak relevan.

Lantas kita bertanya seperti apa zaman di masa depan itu, apa yang harus kita persiapkan?

Beberapa tahun lalu pemerintah yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan.

Mendikbud mengkaji secara serius tentang Taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh Benjamin S Bloom, yakni urutan tingkat kecerdasan manusia mulai dari yang tingkatan paling bawah LOTS (Low Order Thingking Kemampuan) dan yang paling tinggi HOTS (High Order Thingking Kemampuan).

Berikut urutan levelnya: 

1.Menciptakan

2.Mengevaluasi

3.Menganalisa

4. Mengaplikasi

5. Memahami dan paling bawah

6. Menghapal

Kemudian, di level mana rata-rata Indonesia berada?

Ada sebuah jokes yang berkembang mengatakan Indonesia berada pada level yang lebih rendah lagi, yakni mencontek, dimana nilai pada kertas lebih berharga dari pada nilai dalam diri.

Ironis memang namun begitulah realita yang banyak terjadi dan kita temukan.

Zaman Revolusi Industri 4.0 ini adalah zaman yang perkembangan segala sesuatu begitu cepat, dengan gangguan yang lebih sering terjadi dan sama sekali baru.

Ada perusahan ojek yang begitu besar namun tidak punya motor dan mobil, ada perusahaan hotel besar namun tidak punya hotel apalagi pelayan, ada perusahaan media yang amat besar Facebook, Youtube,Twitter, namun tidak punya berita dan konten.

Ada perusahaan jual beli namun tidak punya produk dan toko.

 Menurut penelitian 65% anak-anak kita yang duduk di bangku sekolah hari ini pun di masa depan  bekerja pada pekerjaan yang belum ada pada hari ini.

Lantas bagaimana cara kita mempersiapkan anak-anak kita sementara pekerjaanya saja belum ada.

Kemampuan apa yang harus kita berikan?

Petama, kita harus memastikan bahwa sistem pendidikan kita telah mengarah kepada HOTS, sebab di masa depan kita butuh anak-anak kita mampu menciptakan hal-hal baru untuk menjawab tantangan zaman.

Kedua, anak-anak kita harus memiliki kecakapan abad 21, mulai dari berfikir kritis.

Kemampuan berfikir kritis tidak bisa lahir dari sistem pendidikan yang feodal yang hanya manut-manut atau menurut, siswa harus dirangsang dengan pertanyaan dan membuat bantahan dalam suatu materi pembelajaran yang di sajikan.

Kolaborasi, pendidikan kita tidak mengarah kepada manusia yang harus serba bisa seperti sekarang ini harus mahir di semua mata pelajaran akan tetapi kemampuan mereka untuk berkerja sama, belajar menerima perbedaan dan mengakui bahwa manusia diciptakan dengan kemampuan yang berbeda komunikasi. 

Untuk menunjang semua itu mereka harus memiliki kemampuan komunikasi handal. 

Yang terakhir adalah  kreatifitas, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru itu sendiri.

Ketiga dan semua itu harus kita mulai dengan mengubah mindset kita, cara pandang kita terhadap pendidikan, dari pendidikan sebagai kebutuhan industri menjadi pendidikan yang lebih terbuka, demokratis, berorientasi pada memanusiakan manusia dan lingkungan hidup.

Kalau kita tidak berani mengubah sudut pandang sistem pendidikan kita hari ini secara radikal maka bisa saja 10 tahun lagi sekolah-sekolah kita, universitas kita akan sepi peminat karena dirasa sudah tidak mampu menjawab tantangan zaman yang sama sekali baru ini. (*) 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews