Jumat, 22 November 2024

Mengulas Sedikit Kisah Ritual "Laliq Ugal" Suku Dayak Bahau di Benua Etam

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Sabtu, 21 November 2020 1:24

Potret penari Hudoq menari bersama warga sebagai tanda menuju puncak ritual Laliq Ugal Sabtu (21/11/2020)/Diksi.co

DIKSI.CO, KUBAR - Bertolak dari kota Tepian menuju wilayah pemekaran Kabupaten Kutai yakni Kabupaten Kutai Barat, dibutuhkan waktu tempuh 8 jam menyusuri jalan lintas daerah berbatu, berlubang dan sebagian sudah mendapat jatah pembangunan infrastruktur jalan.

Dari aplikasi digital google map jarak tempuh mencapai 284,0 km untuk sampai ke desa adat suku Dayak Bahau yang diketahui masih melestarikan budaya leluhur.

Ditempuh dengan perjalanan darat, para pelintas disuguhkan secuil panaroma alam bumi Kalimantan. Sebagian tampak subur makmur dengan hijau pepohanan sebagiannya lagi tampak gersang akibat galian tambang dan lahan sawit milik perusahaan.

Beralih ke tujuan, menelisik lebih dalam budaya Kaltim, Kabupaten Kutai Barat dengan semboyan Tanaa Purai Ngeriman yang artinya Tanah Subur Makmur Melimpah Ruah sejenak mengingatkan manusia arti keseimbangan alam dan seisinya melalui budaya yang hingga kini terus dijaga.

Salah satunya adalah ritual membersihkan dan mensucikan tanah yang disebut Laliq Ugal. Tradisi ini diyakini masyarakat Dayak Bahau bertujuan agar tanaman yang ditanam bisa tumbuh subur sehingga masyarakat dapat senantiasa sejahtera.

Desa Tukul Kecamatan Tering salah satu desa yang masih melaksanakan ritual Laliq Ugal. Tahapan ritual Laliq Ugal ini tak sebentar dilakukan. Sedikitnya 24 rangkaian ritual dilakukan di waktu yang berbeda-beda.

Tim redaksi Diksi.co berkesempatan mengabadikan sebagian rangkaian ritual Laliq Ugal adat Dayak Bahau Desa Tukul.

Potret barisan warga saat melangsungkan proses ritual Tabeq Rau.

Menuju Desa Tukul dari pusat kantor pemerintahan Kabupaten Kubar, kendaraan roda 4 yang ditumpangi masih harus menempuh perjalanan lebih kurang 1 jam. Rute jalan tanah di tengah hutan dan berlumpur sempat menimbulkan rasa was-was. Di tengah gelapnya malam tak nampak sedikitpun aktivitas manusia, hanya bising hewan saling bersahutan mengiringi perjalanan.

Sesampainya di Kampung Tukul pada pukul 01.00 wita dini hari. Mata lelah tim pewarta disambut dengan aktifitas pemuda Dayak Bahau tanpa mengenakan baju dengan tatto menghiasi sebagian tubuhnya, pemuda itu sibuk menganyam daun pisang di atas pelataran rumah.  

Penampilan pemuda suku Dayak Bahau yang nampak garang itu ternyata tak mengurangi rasa hormat mereka kepada sesama. Pemuda Dayak Bahau bernama Fani dengan ramah menyambut kedatangan orang luar kampungnya.

Kehangatan di tengah malam yang dingin pun tercipta. Suguhan kopi hitam panas dan makanan khas bernama Pitoh mengawali rangkaian cerita.

Sambil bercengkrama, Fani yang diketahui masih memiliki darah keturunan dari kakeknya yakni ketua adat Desa Tukul menjelaskan satu persatu keunikan kampung kelahirannya.

Mulai dari makanan khas bernama Pitoh, makanan terbuat dari ketan yang dibungkus daun dalam bahasa Dayak Bahau disebut Hamet (pembungkus) sampai dengan anyaman daun pisang yang ia rajut sendiri menjadi pakaian.

Rasa bangga Fani akan warisan leluhur terlihat jelas saat ia menjelaskan pembuatan pakaian tari Hudoq khas suku Dayak. Pakaian ini nantinya akan ia kenakan saat menari pada puncak ritual Laliq Ugal.  

Sambil menikmati santap malam, di sudut lain, lelaki berusia setengah abat bernama Avun yang duduk bersama-sama dengan kami membuka cerita lain. Pak Avun sosok yang dihormati oleh masyarakat. Di era modernisasi seperti sekarang ini Pak Avun mengemban tanggungjawab sebagai Sekretaris adat.

Singkat kisah, Pak Avun mengajak untuk menyaksikan sebagian ritual Laliq Ugal yang akan dilangsungkan larut malam hingga pagi hari. Ritual ini disebut "Yang Alam"

"Yang Alam" adalah ritual memanggil roh gunung untuk membasmi atau membersihkan segala marabahaya yang mengancam hasil panen.

Uniknya, ritual ini dilakukan oleh perempuan dan laki-laki usia lanjut. Semalam suntuk mereka melantunkan nyanyian dengan bahasa Dayak Bahau. Meski tak mengerti apa yang dilantunkan, riuh  lantunan nyanyian bak teror yang bersarang di gendang telinga. Menciptakan suasana magis yang sangat kental disekitar rumah.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews